PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Kehidupan manusia pada zaman sekarang tidak dapat dapat
dipisahkan dari bahan –bahan kimia. Hampir seluruh aspek dari kehidupan manusia
berhubungan sangat erat dengan bahan-bahan kimia. Dalam bidang kehidupan rumah
tangga, kesehatan, pertanian, makanan, dan lain lain, hampir seluruhnya
menggunakan bahan kimia.
Kita mengenal berbagai macam unsur
dan senyawa. Biasanya kita membutuhkan senyawa tertentu yang tidak secara
langsung tersedia di alam, melainkan harus mereaksikan senyawa tertentu dengan
senyawa lainnya agar didapatkan senyawa yang kita butuhkan. Pereaksian ini
sangat penting karena senyawa tertentu sangat banyak dibutuhkan, misalnya di
dunia industri kimia, zat tertentu harus direaksikan untuk mendapatkan zat yang
dibutuhkan untuk membuat produk yang tepat.
Selain zat atau senyawa tertentu,
kita juga membutuhkan senyawa dalam jumlah tertentu, misalnya kita membutuhkan
garam dengan jumlah tertentu bisa, kita dapatkan dari reaksi asam dan basa
dengan jumlah tertentu juga. Untuk menghitung jumlah asam dan basa yang
dibutuhkan kita harus mengerti konsep stoikiometri. Oleh karena itulah
praktikum tentang stoikiometri kali ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengerti
konsep stoikiometri tersebut dengan mudah.
Tujuan
1. Mengetahui macam-macam satuan yang
terlibat dalam stoikiometri.
2. Mengetahui cara menghitung jumlah
reaktan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dengan jumlah tertentu yang
dibutuhkan.
3. Mengetahui reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm.
Bab 2
tinjauan pustaka
Stoikiometri merupakan cabang dalam
ilmu kimia yang mempelajari mengenai banyaknya zat yang dibutuhkan dan
dihasilkan dalam suatu reaksi kimia. Misalnya dalam suatu reaksi pembakaran
metana dengan oksigen, maka akan dibutuhkan 64 gram oksigen untuk membakar 16
gram metana dan reaksi ini menghasilkan 44 gram gas karbon dioksida dan 36 gram
air. Stoikiometri diambil dari bahasa Yunani,
stoic yang artinya unsur dan metria yang berarti ilmu ukur. (Sarjoni Basri,
2003)
Dalam
Stoikiometri, terdapat hukum-hukum dasar reaksi kimia. Hukum-hukum tersebut
adalah :
a. Hukum kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa dikemukakan oleh Antonio Laurent
Lavoisier, yang berbunyi :
“Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah
tetap atau sama”.
Contohnya pada reaksi pembakaran has hidrogen sebanyak 2
gram dengan oksigen sebanyak 16 gram, maka akan dihasilkan H2O sebanyak 18 gram
H2
+ ½
O2 à H2O
2
gr 16 gr 18 gr
Berdasarkan contoh hukum kekekalan massa tersebut, dapat
dilihat di sini bahwa massa antara pereaktan dan produk yang dihasilkan adalah
sama.
b. Hukum Perbandingan Tetap
Setelah muncul hukum kekekalan massa, maka pada tahun
1800 Joseph Louis Proust melakukan penelitian tentang hubungan massa
unsur-unsur yang membentuk senyawa. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan
massa unsur-unsur yang membentuk suatu senyawa adalah tetap. Kemudian lahir
hukum perbandingan tetap yang berbunyi :
“Setiap senyawa terbentuk dari
unsur yang dengan perbandingan massa yang tetap”
Contoh :
Perbandingan massa unsur H, N, dan O didalam HNO3 selalu
tetap, yaitu :
c. Hukum Perbandingan Berganda
John Dalton pada tahun 1803 adalah orang yang pertama
kali meneliti kasus adanya perbandingan tertentu suatu unsur-unsur yang dapat
membentuk senyawa lebih dari satu, yang dikenal dengan nama hukum perbandingan
berganda yang berbunyi :
“Jika dua buah unsur dapat
membentuk lebih dari satu macam persenyawaan, perbandingan massa unsur yang
satu dengan yang lainnya adalah tertentu, yaitu berbanding sebagai bilangan
yang mudah dan bulat”
Contoh :
Pada senyawa antara nitrogen dan oksigen.
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa untuk massa nitrogen tetap maka
perbandingan oksigen ketiga contoh tersebut adalah 1 : 2 : 3.
d. Hukum Perbandingan Volume
Hukum antara volume dari gas-gas dalam reaksi kimia
telah diselidiki oleh Joseph Louis Gay Lussac. Dari penelitian ini didapatkan
hukum perbandingan volume yang berbunyi
“Pada reaksi gas, yang bereaksi
berbanding sebagai bilangan mudah dan bulat asal diukur pada tekanan dan
temperatur yang sama”.
Contoh :
e. Hukum Avogadro
Pada tahun 1911, Avogadro mengemukakan suatu hukum yang
dikenal sebagai “Hukum Avogadro” yang berbunyi :
“Pada T (suhu) dan P (tekanan)
sama, gas-gas yang bervolume sama mempunyai jumlah mol yang sama”.
Dalam satu mol suatu senyawa mengandung 6,02 x 1023
molekul. Bilangan 6,02 x 1023 disebut bilangan Avogadro, biasanya
dilambangkan dengan N.
Rumus :
N gas I = n . gas II
n1/v1 = n2/v2
Contoh :
f.
Hukum
Boyle
Yang berbunyi :
“Pada suhu dan jumlah mol yang
sama, maka hasil kali tekanan dan volume selalu tetap”.
Rumus :
P1 V1 = P2 V2
* keterangan : P1 = Tekanan
ke-1
P2 = Tekanan
ke-2
V1 = Volume ke-1
V2 = Volume
ke-2
g. Hukum Boyle – Gay Lussac
Yang berbunyi :
“Untuk gas dengan massa tertentu,
maka hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin
adalah tetap”.
Gas-gas yang jumlah molnya sama (n1 = n2). Maka
berlaku rumus :
* keterangan : P1 = Tekanan
gas ke-1
P2 = Tekanan
gas ke-2
V1 = Volume gas ke-1
V2 = Volume
gas ke-2
T1 = Suhu
gas ke-1
T2 = Suhu
gas ke-2
h. Hukum Dalton tentang Tekanan Parsial
Yang berbunyi :
“Tekanan total dari campuran
berbagai macam gas sama dengan jumlah tekanan parsial dari gas-gas yang saling bercampur
tersebut”
PTotal = P1 + P2 + P3
+ ......
9. Persamaan gas ideal :
PV = n R T
* keterangan : P = Tekanan
(atm)
V = Volume gas (liter)
n = Mol
gas
R = Tetapan
Rydberg gas umum
(0,082
L . atm / moloK)
T = Suhu
mutlak (Ko)
Persamaan kimia terdiri dari pereaksi
atau reaktan dan hasil reaksi atau produk. Pereaksi adalah zat mula-mula yang
terdapat sebelum terjadi reaksi. Hasil reaksi adalah zat apa saja yang
dihasilkan selama reaksi kimia berlangsung.
1. Penulisan rumus kimia
Rumus
suatu zat menyatakan banyaknya atom yang menyusun zat tersebut. Beberapa jenis penulisan rumus kimia antara
lain :
a. Rumus unsure. Unsur ditulis berdasarkan lambangnya baik yang
monoatomik seperti Na, K, Ca, maupun diatomik seperti H2, Cl2,
dan lain-lain.
b. Rumus empiris. Rumus empiris
menyatakan perbandingan bilangan bulat terkecil dari atom-atom yang membentuk
suatu senyawa, misalnya C4H10 mempunyai rumus empiris C2H5.
c. Rumus molekul. Rumus molekul
menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya yang terdapat dalam molekul atau
senyawa.
2. Persamaan Reaksi Setara
Persamaan
reaksi setara adalah persamaan reaksi yang menunjukkan jumlah atom yang sama
antara masing-masing atom dalam reaktan maupun produk.
Contohnya, H2
+ ½ O2 -> H2O,
jumlah atom hidrogen dan oksigen dalam reaktan maupun produk adalah sama.
Stoikiometri
a.
Massa atom relatif
Merupakan
perbandingan masing-masing atom dengan 1/12 C – 12.
b.
Massa molekul relatif
Adalah
perbandingan antara massa satu molekul zat dengan 1/12 massa 1 atom C – 12
c.
Konsep Mol
Satu
mol zat adalah banyaknya zat yang mengandung 6,02 x 1023 zat atau
partikel. 6,02 x 1023
adalah
bilangan Avogadro.
Hubungan
dengan mol massa, volume dan jumlah partikel :
1.
Hubungan mol dengan massa zat
2.
Hubungan mol dengan jumlah partikel
3.
Hubungan mol dengan volume
4. Hubungan
mol dengan kemolaran
5. Hubungan
mol dengan kemolalan
Mol merupakan satuan
yang memiliki pengaruh sangat besar dalam perhitungan stoikiometri karena
hampir semua satuan lainnya dapat dihitung jika diketahui jumlah mol zat yang
terlibat. Selain itu mol juga dipakai dalam perhitungan reaksi kimia yang
berfase selain gas. Jika pada perhitungan dalam reaksi kimia yang seluruhnya
berfase gas harus menggunakan volume, sedangkan pada reaksi kimia yang tidak
berfase gas harus digunakan mol untuk perhitungan.
Banyaknya hasil reaksi yang dihitung jika reaksi itu sempurna disebut
rendeman teoritis. Namun dalam Praktik jarang dijumpai rendeman 100% karena
banyak reaksi yang tidak sempurna atau terjadi kesetimbangan. Persentase
rendeman dapat dihitung dengan menggunakan rumus
%rendeman = hasil nyata/ hasil teoritis x 100%
Dalam reaksi kimia tidak selalu zat yang dicampur dalam jumlah yang tepat
atau dengan kata lain reaktan habis seluruhnya. Terkadang bahkan sering masih
ada reaktan yang tersisa dan reaktan lainnya habis. Hal ini dapat diketahui
jika dengan menghitung menggunakan reaksi pembatas. Reaksi pembatas adalah
reaktan yang habis dalam suatu reaksi sedangkan reaktan yang lainnya masih
bersisa
Ada dua reaksi kimia yang dibedakan berdasarkan panas, yaitu
1.
Reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang melepaskan
kalor dari sistem ke lingkungan
2.
Reaksi endoterm, yaitu reaksi yang menyerap
kalor dari lingkungan ke sistem
Bab 3
Metodologi percobaan
3.1 Alat dan
Bahan
3.1.1 Alat
Termometer, gelas kimia 100mL, gelas ukur
25ml, tissue, pipet
3.1.2
Larutan NaOH 1M,
larutan HCl 1M,dan larutan H2SO4 1 M
3.2 Prosedur
percobaan
Angkanya
diganti menyesuaikan praktikum
3.2.1
Stoikiometri Sistem NaOH – HCl.
1. Dimasukkan
NaOH 1M sebanyak 2 mL ke dalam gelas ukur dan kemudian diukur suhunya.
2.
Dipindahkan NaOH ke dalam gelas kimia
3.
Dimasukkan HCl 1M sebanyak 6mL ke dalam gelas
ukur dan kemudian diukur suhunya
4.
Dicampurkan NaOH dan HCl tersebut dalam gelas
kimia dan kemudian diukur suhunya
5.
Ulangi langkah (1), (2), dan (3) dengan volume
NaOH 1M sebanyak 4mL dengan 4mL HCl 1M.
6.
Ulangi langkah (1), (2), dan (3) dengan volume
NaOH 1M sebanyak 6mL dengan 2mL HCl 1M
3.2.2
Stoikiometri sistem NaOH – H2SO4
1.
Dimasukkan NaOH 1M sebanyak 2 mL ke dalam gelas
ukur dan kemudian diukur suhunya.
2.
Dipindahkan NaOH ke dalam gelas kimia
3.
Dimasukkan H2SO4 1M sebanyak 6mL ke dalam gelas
ukur dan kemudian diukur suhunya
4.
Dicampurkan NaOH dan H2SO$ tersebut dalam gelas
kimia dan kemudian diukur suhunya
5.
Ulangi langkah (1), (2), dan (3) dengan volume
NaOH 1M sebanyak 4mL dengan 4mL H2SO4 1M.
6.
Ulangi langkah (1), (2), dan (3) dengan volume NaOH
1M sebanyak 6mL dengan 2mL H2SO4 1M
Bab 4
Hasil dan
Pembahasan
4.1 Tabel
pengamatan
4.2 Reaksi Dan
Perhitungan
4.3 Grafik
4.4 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah
tentang stoikiometri. Stoikiometri adalah ilmu kimia yang mempelajari tentang kuantitas
zat yang terlibat baik sebelum maupun sesudah reaksi. Dalam stoikiometri, ada
dua jenis reaksi, yaitu reaksi stoikiometri dan non stoikiometri. Reaksi
dikatakan termasuk reaksi stoikiometri apabila reaktan dalam reaksi habis
seluruhnya, sedangkan reaksi non stoikiometri adalah reaksi yang apabila
reaktannya tidak habis dalam reaksi tersebut, melainkan masih bersisa. Dalam
suatu reaksi kimia terdapat dua jenis reaksi yang dibedakan berdasarkan kalor
yang terlibat, yaitu reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi dengan kalor
yang dilepaskan dari sistem ke lingkungan, sedangkan reaksi endoterm adalah
reaksi dengan kalor yang diserap dari lingkungan ke sistem. Dalam percobaan
suatu sistem tertentu terdapat beberapa kondisi jumlah reaktan yang digunakan
dimana setiap reaksi pasti temasuk antara reaksi eksoterm atau endoterm. Dari
beberapa kondisi tersebut akan didapatkan perubahan suhu yang berbeda-beda,
suhu campuran yang didapat paling tinggi disebut titik maksimum sedangkan suhu
campuran yang didapat paling rendah disebut titik minimum sistem. Pada kondisi
dimana semua reaktan habis bereaksi, ini disebut titik stoikiometri. Dan jika
ada salah satu atau lebih reaktan yang
tidak habis bereaksi sedangkan terdapat salah satu reaktan yang habis
bereaksi, maka reaktan yang habis disebut pereaksi pembatas.
Reagen yang digunakan dalam
percobaan ini adalah larutan NaOH yang merupakan larutan dengan sifat basa dan
HCl dan H2SO4 yang bersifat asam. Kedua reagen yang yang bersifat asam dan basa
digunakan untuk reaksi sehingga didapat larutan garam dan panas yang dihasilkan
untuk kemudian diukur suhunya. Fungsi perlakuan pengukuran suhu adalah untuk diketahuinya suhu masing –masing
reagen dan suhu campuran setelah reaksi. Fungsi pencampuran adalah untuk
direaksikan antara masing-masing reagen.
Percobaan pertama adalah sistem
NaOH dan H2SO4 yang masing – masing memiliki konsentrasi 1M. Kondisi pertama
adalah dimana NaOH yang digunakan adalah 2 mL, 29,5 C dan H2SO4 yang digunakan
adalah 6mL, 29 C. Reaksi ini termasuk
reaksi non stoikiometri karena reaktan
yang digunakan tidak habis seluruhnya. Ketika kedua reaktan dicampurkan maka
akan dibentuk campuran dengan suhu 29 C. Kondisi kedua adalah dimana NaOH yang
digunakan adalah 4 mL, 29, C dan H2SO4 yang digunakan adalah 4mL, 30 C. Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena reaktan yang
digunakan tidak habis seluruhnya. Ketika kedua reaktan dicampurkan maka akan dibentuk
campuran dengan suhu 30,5 C. Kondisi ketiga adalah dimana NaOH yang digunakan
adalah 6 mL, 29, C dan H2SO4 yang digunakan adalah 2 mL, 29 C. Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena reaktan yang
digunakan tidak habis seluruhnya. Ketika kedua reaktan dicampurkan maka akan dibentuk
campuran dengan suhu 32 C. Dari percobaan pada sistem ini dapat disimpulkan
bahwa kondisi ketiga adalah titik maksimum sistem, kondisi pertama adalah titik
minimum sistem, dan sistem ini tidak memiliki titik stoikiometri.
Percobaan kedua adalah sistem
NaOH dan HCl yang masing – masing memiliki konsentrasi 1M. Kondisi pertama
adalah dimana NaOH yang digunakan adalah 2 mL, 29,5 C dan HCl yang digunakan
adalah 6mL, 29 C. Reaksi ini termasuk
reaksi non stoikiometri karena reaktan
yang digunakan tidak habis seluruhnya. Ketika kedua reaktan dicampurkan maka
akan dibentuk campuran dengan suhu 29,5 C. Kondisi kedua adalah dimana NaOH
yang digunakan adalah 4 mL, 29, C dan HCl yang digunakan adalah 4mL, 30 C. Reaksi ini termasuk reaksi stoikiometri
karena reaktan yang digunakan habis seluruhnya. Ketika kedua reaktan
dicampurkan maka akan dibentuk campuran dengan suhu 31,2 C. Kondisi ketiga
adalah dimana NaOH yang digunakan adalah 6 mL, 29, C dan HCl yang digunakan
adalah 2mL, 29 C. Reaksi ini termasuk
reaksi non stoikiometri karena reaktan
yang digunakan tidak habis seluruhnya. Ketika kedua reaktan dicampurkan maka
akan dibentuk campuran dengan suhu 30 C. Dari percobaan pada sistem ini dapat
disimpulkan bahwa kondisi kedua adalah titik maksimum sistem, kondisi pertama
adalah titik minimum sistem, dan kondisi kedua adalah titik stoikiometri
sistem.
Dari kedua percobaan dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah reaktan yang bereaksi maka semakin
banyak pula perubahan suhu yang dihasilkan. Hal ini juga dapat dilihat dari
grafik 4.3, dimana pada grafik pertama, yaitu sistem NaOH-H2SO4 1M, semakin
banyak jumlah NaOH dan H2SO4 yang digunakan maka semakin banyak pula perubahan
suhu yang didapatkan. Dapat dilihat data yang ditunjukkan grafik adalah
bergerak naik atau dengan kata lain suhu bertambah, hal ini didasarkan pada
kondisi pertama hingga kondisi ketiga semakin banyak jumlah zat yang bereaksi.
Begitu juga dengan grafik kedua, yaitu sistem NaOH-HCl 1M, semakin banyak
jumlah mol yang bereaksi maka semakin banyak pula perubahan suhu yang
dihasilkan. Pada keadaan NaOH dan HCl dengan jumlah mol yang sama (pada kondisi
percobaan kedua) dapat dilihat kenaikan suhu yang terjadi sangat besar karena
kedua reaktan habis, berbeda dengan kondisi lainnya dimana reaktan yang
bereaksi tidak sebanyak pada kondisi kedua, kenaikan suhu lebih rendah daripada
kondisi kedua.
Dari percobaan ini terdapat
faktor kesalahan sehingga didapatkan data yang kurang akurat. Di antaranya
faktor kesalahannya adalah kesalahan dalam pengukuran suhu pada masing-masing
reagen dan ketika sudah dicampurkan.
Bab 5 penutup
5.1 Kesimpulan
1. Satuan-satuan
yang terlibat dalam stoikiometri antara lain mol, molar, massa zat, volume zat,
jumlah partikel zat, dan konsentrasi zat.
2. Jumlah reaktan yang dibutuhkan dapat
dihitung berdasarkan jumlah produk yang diinginkan, dan kemudian dapat dihitung
menggunakan persamaan reaksi setara.
3. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang
melepas kalor dari sistem ke lingkungan, sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi
kimia yang menyerap kalor dari lingkungan ke dalam sistem.
5.2 Saran
Dalam percobaan, untuk menghemat
waktu, disarankan untuk menggunakan dua gelas ukur dan tiga thermometer, yang
fungsinya adalah gelas ukur dan termometer pertama digunakan untuk pengukuran
jumlah volume dan suhu asam dan yang satunya digunakan untuk pengukuran volume
basa, dan thermometer yang satu lagi digunakan untuk menghitung suhu campuran.
Dengan demikian tidak perlu repot untuk mencuci thermometer dan gelas ukur
berulang kali sehingga dapat menghemat waktu.
Daftar
Pustaka
Basri,
Sarjoni. 2003. Kamus Kimia. PT Rineka Cipta : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar