Pendahuluan
Latar
belakang
Kehidupan manusia pada zaman
sekarang tidak dapat dapat dipisahkan dari bahan –bahan kimia. Hampir seluruh
bagian dari kehidupan manusia berhubungan sangat erat dengan bahan-bahan kimia.
Dalam bidang kehidupan rumah tangga, kesehatan, pertanian, makanan, dan lain
lain, hamper seluruhnya menggunakan bahan kimia.
Kita mengenal berbagai macam unsure,
senyawa, dan lain-lain. Biasanya unsure atau senyawa yang terdapat di alam
adalah bukanlah unsure atau senyawa murni, melainkan yang telah tercampur oleh
unsure/senyawa lainnya. Untuk mendapatkan unsure unsure yang murni, campuran
zat tersebut dapat dipisahkan dan dimurnikan. Pemisahan dan pemurnian ini
sangat penting karena unsure murni sangat banyak dibutuhkan, misalnya di dunia
industri, zat murni diperlukan untuk membuat produk yang tepat.
Dalam ilmu kimia ada banyak metode
yang dapat dilakukan untuk memurnikan suatu zat kimia, di antaranya destilasi,
kristalisasi, sublimasi, kromatografi, dan lain-lain, dimana setiap metode
dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari jenis campuran yang berbeda dengan
cara yang berbeda pula.
Pemisahan suatu komponen dari suatu
campuran tidak selalu dapat dilakukan dengan metode pemisahan dan pemurnian
biasa dengan mudah. Ada juga campuran yang lebih mudah untuk dipisahkan jika
dipisahkan melalui metode kromatogafi. Oleh karena itu praktikum kali ini adalah pemisahan
campuran melalui metode kromatografi.
Tujuan
- Mengetahui
kepolaran dari komponen dalam spidol hitam, biru, dan merah, ekstrak
pandan, dan ekstrak mawar.
- Mengetahui fase diam dan fase
geraknya.
- Mengetahui Rf dari masing-masing noda
Tinjauan Pustaka
Kita sering menemukan berbagai macam bentuk zat tercampur,
misal zat padat yang tercampur dengan zat padat, padatan dengan cairan, dan
lain-lain yang disebut dengan campuran. Kita sering mebutuhkan zat yang murni
atau dengan kata lain tidak tercampur zat lain, contohnya kita membutuhkan
garam yang murni untuk memasak. Pada air laut tentu saja tidak hanya mengandung
garam yang kita butuhkan, terdapat zat lain yang membuat membuat air laut
menjadi tidak murni sebagai larutan garam dengan satu jenis zat terlarut. Untuk
mendapatkan garam murni harus dilakukan proses pemisahan dan pemurnian.
Dalam pemisahan dan pemurnian, di antara beberapa metode,
terdapat metode kromatografi,yaitu teknik pemisahan suatu zat yang didasarkan
pada migrasi atau kecepatan menyerap dari komponen-komponennya yang dipisahkan
ke dalam dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. (Sarjoni Basri, 2003)
Pemisahan dan pemurnian zat dari suatu campuran dapat
dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah dekantasi, kristalisasi,
ekstraksi, adsorpsi, filtrasi, absorpsi, dan lain-lain. Tetapi terkadang ada campuran
yang lebih mudah dipisahkan dengan suatu metode yang disebut kromatografi.
Kromatografi ditemukan oleh Michael Tswett, seorang ahli
botani di University Warsawa (Poland) pada tahun 1906. Perkataan kromatografi
berasal dari bahasa Yunani chromos yang berarti warna dan graphos yang berarti menulis.
Dalam kromatografi, sampel-sampel yang merupakan campuran
dari berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam sistem
yang terdiri dari fase diam dan fase gerak. Semua pemisahan pada kromatografi tergantung
pada gerakan relatif dari masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut.
Senyawa atau komponen yang tertahan atau terhambat lebih lemah oleh fase diam
akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan
pergerakan komponen yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh perbedaan
dalam adsorbsi, partisi, kelarutan, atau penguapan diantara kedua fase. Jika
perbedaan ini cukup besar maka akan terjadi pemisahan secara sempurna. Oleh karena
itu dalam kromatografi, pemilihan dalam fase gerak maupun fase diam perlu
dilakukan sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan
kecepatan yang berbeda-beda agar dapat terjadi proses pemisahan.
Prinsip kromatografi adalah adsorpsi, partisi, dan kepolaran,
dimana adsorspsi adalah kromatografi yang didasarkan pada panjang komponen
dalam campuran yang diadsorp pada permukaan fase diam. Dan partisi adalah
kromatografi yang memperhatikan distribusi komponen zat antara fase gerak dan
cairan yang tidak mudah menguap yang diadsorp pada fase diam inert yang
mendukung. Dan kepolaran komponen dalam campuran dan pelarut yang digunakan
sangat berpengaruh karena komponen akan larut, terbawa, dan terpisah oleh
pelarut jika memiliki kepolaran yang sama, misalnya komponen yang memiliki
sifat polar dan pelarut juga bersifat polar.
Ada berbagai penggolongan metode kromatografi. Penggolongan
kromatografi yang didasarkan pada jenis fase yang terlibat dapat dibedakan
menjadi :
1. Kromatografi gas-cair : Bila fase geraknya berupa gas dan fase
diamnya berupa cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.
2. Kromatografi gas-padat : bila fase geraknya berupa gas dan fase
diamnya berupa padatan yang dapat menyerap atau mengadsorp.
3. Kromatografi cair-cair : bila fase gerak dan fase diamnya berupa
cairan, dimana fase diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang
inert.
4. Kromatografi cair-padat : bila fase geraknya berupa cairan dan fase
diamnya berupa padatan yang dapat menyerap.
Fase gerak dalam metode kromatografi
adalah fase yang melarutkan komponen campuran. Sedangkan fase diam adalah fase
tempat merambatnya fase gerak atau pelarut. Contohnya jika pada pemisahan
digunakan kertas saring dan pelarut air, maka air bertindak sebagai fase gerak
karena air melarutkan komponen campuran dan kertas saring bertindak sebagai
fase diam karena kertas saring adalah tempat dimana pelarut merambat.
Kromatografi digolongkan berdasarkan
teknik yang digunakan, diantaranya :
1. Kromatografi kolom, yaitu apabila
komponen yang dipisahkan bergerak bersama fase gerak melalui sebuah kolom
tabung (pipa) kaca kemudian setiap komponen terpisahkan berupa zona-zona pita.
Pada kromatografi analitik setiap komponen yang keluar dari kolom akan dicatat
oleh rekorder dan disajikan dalam bentuk puncak (peak) yang menunjukkan
konsentrasi eluen sebagai fungsi waktu. Untuk senyawa yang mengandung komponen
tunggal akan ditandai dengan waktu elusi atau pemisahan yang tampak pada
konsentrasi eluen maksimum. Tinggi atau luasan puncak sebanding dengan
konsentrasi komponen sampel. Pada kromatografi ini akan diperoleh sejumlah
fraksi dari komponen sampel dalam fase gerak.
2. Kromatografi planar atau kromatografi
lapis tipis, yaitu apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase
gerak dalam sebuah bidang datar atau lempeng tipis seperti kaca atau lempeng
logam. Senyawa yang bergerak berupa bentuk noda yang dapat dikenali dengan
bantuan metode fisika, kimia, maupun biologis. Identitas suatu senyawa atau
komponen ditunjukkan oleh posisi noda, sedangkan besar atau intensitasnya
menunjukkan konsentrasinya. Pada kromatografi planar ini beberapa komponen
dapat dipisahkan secara bersamaan maupun dipisahkan tidak bersamaan.
3. Kromatografi
kertas, yaitu kromatografi yang menggunakan kertas sebagai absorben atau
sebagai fase diamnya. Kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon,
dan Martin pada tahun 1944, yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang
fase diamnya. Kertas mengandung serat selulosa. Pada kertas terjadi pemisahan
komponen campuran. Pada kromatografi kertas peralatan yang dipakai tidak perlu
alat-alat yang teliti dan mahal. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan
peralatan dan materi-materi yang sangat sederhana. Senyawa-senyawa yang
terpisah pada kertas dapat dipisahkan atau dapat diambil dari kertas dengan
dipotongnya noda yang kemudian dilarutkan secara terpisah.
Kertas dipotong memanjang
sesuai ukuran bejana yang akan digunakan. Kertas yang akan dipakai adalah
kertas whatman yang secara komersial tersedia dalam berbagai macam ukuran dan
lembaran. Biasanya kertas yang dipakai adalah kertas whatman nomor 1 dengan
kecepatan sedang. Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang
dimodifikasi, kertas asam asetil, dan kertas serat kaca. Kertas asam asetil
dapat digunakan untuk zat-zat hidrofobik, sedangkan untuk reagen yang korosif
digunakan kertas serat kaca.
Ada tiga metode dalam kromatografi kertas, yaitu :
1. Metode penaikan, yaitu metode dimana
kertas sedemikian rupa diatur sehingga bagian bawah kertas tercelup dalam
pelarut. Noda harus tidak tercelup karena dapat larut dalam pelarut. Pelarut
akan naik melalui serat-serat kertas dan akan menggerakkan komponen dalam
campuran dengan jarak yang berbeda-beda.
2. Metode penurunan, yaitu metode dimana
kertas digantung dalam bejana dengan ujung dimana aliran mulai bergerak
dicelupkan dalam palung kaca yang berisi pelarut bergerak turun membawa
komponen melalui gaya kapiler dan gaya gravitasi.
3. Metode mendatar atau radial, yaitu
metode dimana kertas dibentuk bulat yang tengahnya diberi sumbu dari benang
atau gulungan kertas. Noda ditempatkan dipusat kertas kemudian pelarut akan
naik melalui sumbu sehingga membasahi kertas dan kemudian mengembang melingkar
membawa komponen yang dipisahkan.
Setetes dari larutan cuplikan yang
mengandung sejumnlah komponen yang akan dipisahkan diteteskan pada daerah yang
diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas membentuk
noda yang bulat. Bila noda telah kering kertas dimasukkan dalam bejana tertutup
yang telah berisi pelarut sebagai fase gerak dimana ujung yang dekat cuplikan
campuran tercelup tetapi noda tidak boleh tercelup. Pelarut akan bergerak
melalui serat-serat dari kertas dan menggerakkan komponen-komponen dari
campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila
permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah
waktu yang telah ditentukan, maka kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari
permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dikeringkan. Jika
seyawa-senyawa berwarna maka noda akan terlihat secara terpisah. Jika
senyawa-senyawa tidak berwarna, maka harus dideteksi dengan metode kimia atau
fisika. Cara yang biasa digunakan adalah menggunakan suatu pereaksi yang
memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari komponen-komponen
campuran. Sering juga digunakan cara deteksi dengan sinar ultraviolet atau
teknik radiokimia.
Pada kromatografi kertas, metode
identifkasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda
relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga faktor retardasi atau Rf,
dimana Rf = Jarak yang ditempuh komponen / jarak yang ditempuh pelarut.
Contohnya jika pada suatu campuran terdapat komponen A ketika dipisahkan dengan
menggunakan metode kromatografi kertas dengan pelarut air, jika jarak yang
ditempuh komponen A adalah 5cm dan jarak yang ditempuh pelarut adalah 10cm,
maka rf dari masing masing campuran dapat dihitung menggunakan rumus Rf, yaitu
pada komponen A memiliki Rf 0,5 dan komponen B memiliki Rf 0,3.
Selain ketiga kromatografi tersebut, ada
juga kromatografi pertukaran ion, yaitu kromatografi yang melibatkan proses
elektrostatis yang didasarkan pada afinitas ion. Fase diam dalam kromatografi
ini adalah berupa larutan penyangga dengan pH tertentu atau dengan larutan
penyangga dengan pH tertentu yang pH-nya secara terus-menerus bertambah atau
berkurang sesuai dengan kebutuhan.
Aplikasi
kromatografi dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak, di antaranya adalah
pada bidang bioteknologi digunakan untuk menentukan protein baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, kromatografi juga dapat diaplikasikan pada
pemisahan karbohidrat,lemak, dan molekul lainnya. Pada bidang kesehatan dapat
digunakan oleh dokter untuk mendeteksi penyakit pasien, dan masih banyak
aplikasi lainnya.
Bab 3
Metodologi percobaan
Alat dan
bahan
3.1.1
alat
Gelas kimia
Kertas saring
Penggaris
Gunting
Pensil
3.1.2
Bahan
Spidol hitam
Spidol biru
Spidol merah
Ekstrak pandan
Ekstrak mawar
Aquades
Alkohol
N heksan
3.2 Prosedur percobaan
1. Dipotong kertas saring persegi panjang dengan panjang 10 cm dan lebar
6 cm. Beri garis batas sekitar 1 cm dari
batas bawah dan atas kertas. Diberi tanda (titik) noda tinta hitam, merah, biru, ekstrak pandan, dan
ekstrak mawar dengan jarak yang sama oada batas bawah kertas. Dimasukkan kertas tersebut dalam
gelas kimia yang telah diisi dengan pelarut aquades yang
tingginya sekitar 0,5cm
sedemikian rupa sehingga posisi kertas miring (hampir tegak lurus). Dibiarkan air
merambat naik hingga
sekitar 1 cm di batas atas kertas, diambil dan dikeringkan. Diukur jarak yang ditempuh
pelarut dan komponen noda yang terpisahkan. Dihitung harga Rf dari
masing-masing noda.
2. Diulangi langkah (1) dengan digunakan
pelarut alkohol
3. Diulangi langkah (1)dengan dugunakan
pelarut n heksan
Bab 4 hasil dan
pembahasan
4.1 Hasil pengamatan
Liat buku laporan sementara
4.2Perhitungan
Liat buku laporan sementara pake
rumus Rf
4.3hasil dan pembahasan
Praktikum
kali ini adalah penggunaan metode kromatografi dalam proses pemisahan.
Kromatografi adalah teknik pemisahan suatu zat dari campuran didasarkan pada
migrasi atau kecepatan menyerap dari komponen-komponennya yang dipisahkan ke
dalam dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak dalam metode
kromatografi adalah fase yang melarutkan komponen campuran sehingga didapatkan
komponen campuran yang terpisah. Sedangkan fase diam adalah tempat noda
campuran diletakkan dan juga tempat merambatnya fase gerak atau pelarut
sehingga didapat campuran yang terpisah pada fase ini. Prinsip kromatografi
adalah adsorpsi, partisi dan kepolaran, dimana adsorspsi adalah kromatografi
yang didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang diadsorpi pada
permukaan fase diam. Partisi adalah kromatografi yang perhatiannya terletak
pada distribusi komponen zat antara fase gerak dan cairan yang tidak mudah
menguap yang diadsorp pada fase diam inert yang mendukung. Dan kepolaran
komponen dalam campuran dan pelarut yang digunakan sangat berpengaruh karena
komponen akan larut, terbawa, dan terpisah oleh pelarut jika memiliki kepolaran
yang sama, misalnya komponen memiliki sifat polar dan pelarut juga bersifat
polar. Semakin sifat komponen dengan pelarut, maka semakin jauh jarak yang
ditempuh komponen atau dengan kata lain semakin terpisah antar komponennya.
Penggolongan
kromatografi yang didasarkan pada jenis fase yang terlibat dapat dibedakan
menjadi :
1. Kromatografi gas-cair : Bila fase geraknya berupa gas dan fase
diamnya berupa cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.
2. Kromatografi gas-padat : bila fase geraknya berupa gas dan fase
diamnya berupa padatan yang dapat menyerap atau mengadsorp.
3. Kromatografi cair-cair : bila fase gerak dan fase diamnya berupa
cairan dimana fase diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukung yang
inert.
4. Kromatografi cair-padat : bila fase geraknya berupa cairan dan fase
diamnya berupa padatan yang dapat menyerap.
Kromatografi
juga digolongkan berdasarkan teknik kerja, yaitu
1. Kromatografi kertas, yaitu
kromatografi yang menggunakan kertas sebagai fase diam dimana campuran
diletakkan pada kertas berupa titik noda dan kemudian kertas diletakkan di atas
pelarut hingga pelarut menyerap pada kertas dan membawa noda hingga jarak
tertentu noda berhenti bergerak. Campuran akan terpisah berdasarkan komonen
penyusunnya.
2. Kromatografi kolom, yaitu
kromatografi yang menggunakan sebuah kolom pipa kaca dimana komponen akan
dipisahkan bersama fase gerak. Kemudian setiap komponen terpisahkan berupa
zona-zona pita.
3. Kromatografi lapis tipis, yaitu
apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak dalam sebuah
bidang datar. Senyawa yang bergerak berupa noda yang dapat dikenali dengan
bantuan metode fisika, kimia, dan biologi.
Pada praktikum kali ini digunakan campuran zat
yang terdapat dalam ekstrak pandan, ekstrak mawar, spidol hitam, spidol biru,
dan spidol merah. Fase diam yang digunakan adalah kertas saring dan fase gerak
yang digunakan adalah n heksan, alcohol, dan air.
Pada percobaan pertama dimana digunakan n heksan atau pelarut
non polar sebagai fase gerak. Pada pemisahan ini tidak semua noda bergerak jauh
dan terpisah menjadi komponen-komponennya , melainkan hanya ekstrak pandan yang
bergerak sejauh 4,7cm, ekstrak mawar yang bergerak sejauh 0,7cm, dan spidol
hitam yang bergerak sejauh 0,25cm, sedangkan spidol merah dan biru tidak
bergerak sama sekali, dan pelarut n heksan yang bergerak sejauh 5,3cm pada
percobaan menggunakan ekstrak pandan dan ekstrak mawar. Dan pelarut bergerak
sejauh 5,5cm pada percobaan menggunakan spidol. Hal ini terjadi karena
perbedaan waktu dalam menunggu pelarut menyerap pada kertas saring. Kesalahan
dalam menunggu waktu menyerapnya pelarut mempengaruhi nilai Rf yang didapatkan.
Dari percobaan pertama ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar komponen
dalam campuran ekstrak pandan adalah bersifat non polar karena campuran1
terbawa cukup jauh, ekstrak mawar mengandung sedikit komponen non polar karena
bergerak sedikit dalam pelarut n heksan yang non polar, spidol hitam juga
mengandung sedikit komponen yang bersifat non polar, sedangkan spidol biru dan
merah tidak mengandung zat yang bersifat non polar.
Pada
percobaann kedua digunakan alkohol atau pelarut yang bersifat semi polar
sebagai fase gerak. Pada pemisahan ini semua noda bergerak dan terpisah menjadi
komponen-komponennya walaupun jarak yang noda tidak terlalu jauh. Ekstrak
pandan bergerak sejauh 3,5 cm, ekstrak mawar 1,4cm, spidol hitam, biru, dan
merah 4,2 cm, dan pelarut yang digunakan, alkohol 4,2cm. Terdapat kesamaan
jarak yang ditempuh antara ketiga spidol dan pelarut yang digunakan. Hal ini
terjadi lagi karena faktor kesalahan waktu yang digunakan untuk menunggu
pelarut merambat pada kertas tidak terlalu lama, sehingga jarak yang didapat
bukanlah jarak maksimum yang dapat ditempuh oleh spidol maupun alkohol. Pada
percobaan kedua dapat disimpulkan bahwa sebagian besar komponen ekstrak pandan
juga bersifat semi polar, ekstrak mawar mengandung sedikit komponen semi polar,
sedangkan ketiga spidol memiliki spidol yang seluruhnya bersifat semi polar.
Percobaan
ketiga digunakan air atau pelarut polar sebagai fase gerak. Pada percobaan ini komponen campuran pada
semua noda bergerak cukup jauh, kecuali pada ekstrak pandan yang tidak bergerak
sama sekali atau jarak yang ditempuhnya adalah 0, ekstrak mawar 5,6cm, spidol
hitam 7,5cm, spidol biru 7,9cm, spidol merah 7,7cm, dan air sejauh 8,1cm. Pada
percobaan ketiga ini dapat disimpulkan bahwa komponen ekstrak pandan tidak ada
yang bersifat polar, ekstrak mawar mengandung sebagian besar komponen yang
polar, dan ketiga spidol mengandung sangat banyak komponen yang bersifat polar.
Dari
percobaan ini dapat dihitung harga Rf masing-masing zat. Harga Rf dipengaruhi
oleh jarak yang ditempuh komponen terhadap jarakyang ditempuh pelarut. Jarak
yang ditempuh komponen tergantung pada kepolaran komponen dan pelarut, dan daya
adsorpsi. Kepolaran memiliki peran besar dalam jarak tempuh noda, karena jika
sifat komponen dalam noda sama dengan sifat pelarut yang digunakan, maka akan
semakin jauh jarak yang ditempuh oleh noda karena noda larut bersama pelarut.
Contohnya adalah pada spidol, jarak yang ditempuhnya sangat jauh karena
sebagian besar komponen spidol bersifat polar, sebaliknya pada pandan yang komponennya
tidak ada yang bersifat polar, maka jarak yang ditempuh adalah 0.
Aplikasi
kromatografi dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak, diantaranya adalah pada
bidang bioteknologi digunakan untuk menentukan protein baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Kromatografi juga dapat diaplikasikan pada pemisahan
karbohidrat,lemak, dan molekul lainnya. Pada bidang kesehatan dapat digunakan
oleh dokter untuk mendeteksi penyakit pasien, dan masih banyak aplikasi
lainnya.
Bab 5 Penutup
5.1 Kesimpulan
-
Spidol hitam mengandung sedikit
komponen non polar, dan banyak memiliki komponen semi polar dan polar. Spidol
biru tidak memiliki komponen non polar, dan memiliki banyak komponen semi polar
dan polar. Spidol merah tidak memiliki komponen non polar, dan memiliki banyak
komponen semi polar dan polar. Ekstrak pandan memiliki banyak komponen non polar,
memiliki cukup banyak komponen semi polar, dan tidak ada komponen yang bersifat
polar. Dan ekstrak mawar mengandung sedikit komponen non polar dan semi polar, dan
banyak komponen polar.
-
Pada kromatografi kertas, fase
diamnya adalah berupa kertas. Dan fase gerak yang digunakan adalah air, alkohol, n heksan.
- Harga Rf liat table bab 4
5.2 Saran
Pada kromatografi kertas, disarankan menunggu lebih lama hingga
pelarut berhenti bergerak atau merambat pada kertas sehingga bisa didapatkan
hasil perhitungan Rf yang lebih akurat.
Daftar pustaka
Armarego, W.L.F. 1997. Purification
of Laboratory Chemicals 4th Edition. The Bath Press : Great
Britain
Basri, Sarjoni. 2003. Kamus
Kimia. PT Rineka Cipta :
Jakarta
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika
untuk Paramedis. Andi : Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar