BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai zat yang sukar digolongkan sebagai zat biasa, zat
cair atau gas. Zat-zat ini dalam ilmu kimia dinamakan koloid. Contohnya antara
lain susu, tinta, cat, sabun, kanji, minyak rambut bahkan udara berdebu
termasuk sistem koloid.
Kimia
koloid mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan dan penghidupan manusia.
Proses dialam sekitar kebanyakan berhubungan dengan sistem koloid. Protoplasma
dalam sel makhluk hidup merupakan suatu koloid, sehingga kimia koloid
diperlukan untuk menerangkan reaksi-reaksi dalam sel. Tanah terdiri dari
bahan-bahan koloid dan pemahaman tentang koloid sangat membantu dalam
meningkatkan kesuburan lahan.
Sistem
koloid sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, hampir semua
bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein,
karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang
farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, salep adalah
emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban
semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga,
cat, hair spray dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian,
tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Proses seperti memutihkan,
menghilangkan bau, menyamak, mewarnai, pemurnian, melibatkan adsorpsi pada
permukaan partikel koloid dan karena itu pemahaman sifat-sifat koloid sangat
penting. Jadi, terlihat betapa pentingnya koloid dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu, perlu diadakan percobaan tentang kimia koloid yang akan dibahas
pada laporan ini.
Percobaan
kimia koloid dalam laporan ini meliputi koagulasi yaitu peristiwa pengendapan
partikel koloid; dispersi yaitu memecah butir-butir yang lebih besar menjadi
butir-butir seukuran koloid; emulsi yaitu medium pendispersi dan medium
terdispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur; koloid pelindung
dengan cara menambahkan zat, seperti gelatin untuk mencegah pengendapan
sehingga koloid dapat terbentuk; adsorpsi yaitu penyerapan suatu yang melekat
pada permukaan.
1.2
Tujuan
-
Mengetahui sifat-sifat
koloid
-
Mengetahui cara-cara
pembuatan koloid
-
Mengetahui macam-macam
koloid
-
Mengetahui fungsi
gelatin dalam percobaan
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengertian Koloid
Thomas
Graham (1805-1809), dalam penyelidikannya mengenai difusi larutan melalui
membran telah membedakan koloid dengan kristaloid. Dari pengamatannya ternyata
partikel zat dalam larutan ada yang berfungsi cepat dan lambat. Zat-zat yang
mudah terdifusi umumnya membentuk kristal dalam keadaan padat, sehingga ia
menyebutnya kristaloid. Contohnya NaCl dalam air. Istilah ini tidak populer
karena ada zat yang bukan kristal tetapi mudah berdifusi misalnya HCl dan HNO3.
Sedangkan zat-zat yang sukar berdifusi seperti lem, agar-agar, putih telur
dinamakan koloid. (Bahasa Yunani kolla = perekat)
Menurut
Graham kecepatan difusi suatu zat dipengaruhi oleh massa partikelnya. Makin
besar massa partikel makin kecil kecepatan difusinya. Ada hubungan antara massa
dan ukuran partikel. Bila massa partikel besar berarti ukurannya besar,
demikian sebaliknya.
Salah
satu perbedaan nyata antara koloid dan kristaloid adalah ukuran partikelnya.
Berdasarkan ukuran partikel ini, campuran zat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Kristarloid
(larutan sejati)
Diameter
partikelnya lebih kecil dari 1 nm (10-9m)
2. Koloid
Diameter
partikelnya antara 1 nm – 100 nm
3. Suspensi
Diameter
partikelnya lebih besar dari 100 nm
Ukuran
partikel larutan sangat kecil, sehingga tidak dapat diamati oleh mikroskop, dan
dapat melalui kertas saring maupun membran. Partikel koloid ukurannya terletak
antara larutan dan suspensi, sehingga masih cukup kecil nutuk menembus kertas
saring biasa, tetapi cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra. Berbeda
dengan larutan, partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Perbedaan
antara larutan, koloid dan suspensi
No.
|
Jenis Perbedaan
|
Larutan (kristaloid)
|
Koloid
|
Suspensi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Diameter partikel
Fasa
Penyaringan:
-
Biasa
-
Membran
-
Ultra
Gerak Brown
Efek Tyndall
Pengendapan:
-
Gaya gravitasi
-
Sentifuge
Contoh:
|
< 1 nm
Satu fasa
Lewat
Lewat
Lewat
Tak nampak
Tak nampak
Tidak
Tidak
Larutan garam
|
1 nm – 100 nm
Dua fasa
Lewat
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Tinta
|
> 100 nm
Dua fasa
Tertahan
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Lumpur
|
(Estien
Yazid, 2005)
Pentingnya Kimia Koloid
Karena
kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua cabang ilmu
berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua jaringan
hidup bersifat koloid. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu untuk
kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid. Bagian kerak bumi yang
dikatakan sebagai tanah yang bisa dicamgkul terdiri dari bagian-bagian yang
bersifat koloid; oleh karena itu ilmu tanah harus mencakup penerapan kimia
loloid pada tanah. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat,
keramika, plastik, tekstil, kertas dan film foto, mentega, keju dan makanan
lain, dan sejumlah besar produk lainnya. Proses seperti memutihkan,
menghilangkan bau, menyamar, mewarnai dan pemurnian serta pengapungan bahan
galian, melibatkan adsorpsi pada permukaan materi koloid dan karena itu
berkepentingan dengan kimia koloid.
Tipe Sistem Koloid
Dalam
campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom ataupun ion
disebabkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid
dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu media sinambung, sehingga
dihasilkan suatu dispersi (sebaran) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones,
tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem
semacam ini, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi (tersebarkan) dan
materi kontinu dalam mana partikel ini tersebar disebut zat pendispersi atau.
(Keenan, 1984)
Tabel
klasifikasi sistem koloid
Jenis sistem
|
Fase Terdispersi
(berukuran koloid)
|
Fase Pendispersi
|
Contoh
|
Busa
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol
Sol padat
|
Gas
Gas
Cairan
Cairan
Cairan
Padat
Padat
Padat
|
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
|
Busa sabun
Polistirena, foam
spons
Spray serangga
Susu, kecap
Margarin
Debu, asap
Pasta gigi, suspensi
tanah liat
Gelas bewarna
|
(Tony
Bird, 1987)
Penggolongan Koloid
Koloid
dapat digolongkan berdasarkan bentuk partikelnya, cara pembentukannya,
interaksi antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan koloid.
- Bentuk
partikel
Dari
segi bentuk partikel koloid dapat berupa:
-
Lembaran (laminar)
-
Serat (fibrilar)
-
Butiran (korpuskular)
- Cara
pembentukannya
Berdasarkan
cara pembentukannya koloid dibedakan menjadi koloid dispersi, koloid asosiasi
dan koloid makromolekul.
1. Koloid
dispersi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran (dispersi)
partikel-partikel kecil yang tidak larut dalam medium (fase pendispersi) dengan
membentuk agregat-agregat molekul atau atom yang sangat banyak. Contohnya:
dispersi koloid emas (Au) dan belerang (S).
2. Koloid
asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) molekul-molekul
kecil, atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk agregat-agregat
molekul yang disebut misel. Contoh: larutan sabun dan detergen.
3. Koloid
makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang sangat
besar (makromolekul). Contoh: protein dan polimer tinggi seperti karet dan plastik.
- Interaksi
dengan medium
1. Koloid
Irofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium
pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil).
2. Koloid
Irofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya,
sehingga cenderung memisah (tak stabil).
- Perubahan
bentuk
1. Koloid
reversibel, yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid demikian pula
sebaliknya. Contoh: susu bubuk dan plasma darah kering.
2. Koloid
irreversibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid tidak
dapat menjadi koloid kembali. Contoh: sel belerang dan sel emas. (Estien Yazid,
2005)
Sifat-sifat Koloid
Koloid
mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid
timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sifat
Fisika
Sifat-sifat
fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat
seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium
pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat-sifat
fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan
tegangan mukanya lebih kecil.
2. Sifat
Koligatif
Suatu
koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat
koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah
partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau
jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk
menetapkan berat molekul rata-rata koloid makromolekul.
3. Sifat
Optis
Pada
tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilalukan pada
larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas
cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak
kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.
4. Sifat
Kinetik
Selain
menunjukkan efek Tyndall, partikel
koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik
bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan
acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan Brown.
Partikel
zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah
yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown,
sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi
karena gerakan Brown.
Partikel-partikel
koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi.
Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika
rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel
tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan
mengapung.
5. Sifat
Listrik
Permukaan
partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak
dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan
listrik ini disebut elektroforesis.
6. Koagulasi
Suatu
koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi
bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang
akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan
partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi.
7. Adsorpsi
Partikel
koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat
pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut
absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda baik berupa
padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian benda itu. (Yazid, 2005)
Beberapa Macam Koloid
1. Sol
Sol
adalah dispersi koloid dimana partikel padat terdispersi dalam cairan. Sol
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Sol
liofil
Pada
sel liofil partikel-partikel padat akan menyerap molekul cairan (suka pelarut).
Jika pelarutnya air disebut sol hidrofil.
b. Sol
liofob
Pada
sel liofob partikel-partikel padat tidak menyerap molekul cairan (tidak suka
pelarut). Jika pelarutnya air disebut hidrofob.
Pembuatan sol
-
Cara dispersi
Dilakukan
dengan memecah atau menghaluskan butir-butir yang lebih besar (suspensi)
menjadi butir-butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid.
-
Cara kondensasi
Pembuatan
koloid dengan mengubah partikel-partikel kecil (larutan) menjadi partikel besar
berukuran koloid.
-
Pertukaran pelarut
Suatu
koloid dibuat dengan menukar atau menambahkan pelarut lain ke dalam larutan.
Agar terbentuk koloid zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang
ditambahkan dan kedua pelarut harus bercampur sempurna.
-
Pendinginan berlebih
Suatu
campuran yang terdiri dari pelarut air dan organik didinginkan, sehingga salah
satu komponennya dapat membeku membentuk koloid.
2. Emulsi
Emulsi
adalah dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan
cairan yang tidak saling bercampur. Agar terjadi suatu campuran koloid, maka
harus ditambahkan suatu bahan yang disebut zat pengemulsi atau emulgator.
Pembuatan emulsi
Cara
sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan dengan
emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya
secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers
dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan
dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah
sedikit demi sedikit sambil mengaduknya.
3. Gel
Gel
adalah sol liofil berbentuk setengah padat. gel ini dibagi dua yaitu gek
elastis dan non elastis.
-
Gel elastis (kenyal)
Gel
ini setelah dihilangkan airnya (didehidrasi) dapat dibentuk kembali menjadi gel
dengan penambahan air. Gel kenyal dibuat dengan melarutkan sel liofil dalam aor
panas. Setelah dingin akan terbentuk gel kenyal.
-
Gel non elastis (tak
kenyal)
Setelah
didehidrasi gel ini tidak dapat diubah menjadi gel kembali dengan penambahan
air. Dehidrasi sel ini membentuk bubuk. Gel tak kenyal dapat diperoleh dengan
mencampurkan larutan garam silikat dengan HCl.
Pemurnian Koloid
1. Dialisis
Dialisis
adalah proses pemurnian atau penyaringan koloid dari ion-ion penggangu dengan
menggunakan membran yang bersifat selektif.
2. Elektrodialisis
Elektrolisis
adalah proses pemurnian koloid dengan memaksa ion-ion pengganggu melewati
pori-pori semipermeabel dengan bantuan medan listrik.
3. Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi
adalah pemurnian koloid dengan menyaring koloid menggunakan penyaring khusus
dari membran. Untuk mempercepat proses penyaringan biasanya digunakan tekanan
(pompa vakum). Pompa vakum digunakan untuk mempercepat suatu proses penyaringan
koloid yang susah disaring dengan penyaring biasa atau memerlukan waktu yang
lama jika dengan menggunakan penyaring biasa, misalnya suatu koloid berbentuk
gel. (Yazid, 2005)
BAB
3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
-
Gelas ukur 10 ml
-
Tabung reaksi
-
Labu erlenmeyer 250 ml
-
Pipet tetes
-
Pipet ukur
-
Batang pengaduk
-
Lumpang dan alu
3.1.2 Bahan-bahan
-
NaCl
-
BaCl2
-
AgNO3
-
Amilum
-
I2
-
CCl4
-
Detergen
-
Gelatin
-
Sirup
-
Norit
-
Kertas saring
-
Akuades
3.2
Prosedur
Percobaan
3.2.1
Koagulasi
-
Dimasukkan kedalam
tabung reaksi 2 ml BaCl2
-
Dimasukkan kedalam
tabung reaksi 2 ml NaCl
-
Ditambahkan 2 tetes
AgNO3 ke dalam masing-masing tabung reaksi
-
Lalu diamati dan
dibandingkan
3.2.2
Dispersi
-
Ditimbang 1 gr amilum
yang telah digerus dan 1 gr amilum yang tidak digerus
-
Dimasukkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi
-
Ditambahkan
masing-masing 5 ml akuades dan keduanya dikocok
-
Disaring masing-masing
campuran tersebut dengan kertas saring
-
Ditambahkan 2 tetes I2
ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berisi filtrat masing-masing campuran
tersebut
-
Diamati dan
dibandingkan
3.2.3
Adsorpsi
-
Dimasukkan sirup ke
dalam labu erlenmeyer
-
Ditambahkan norit
-
Disaring dengan kertas
saring
-
Diamati filtratnya dan
dibandingkan sirup yang tidak diberi norit sebelumnya
3.2.4
Emulsi
-
Dipipet CCl4
sebanyak 1 pipet
-
Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
-
Ditambahkan 1 pipet aquades,
lalu diamati
-
Ditambahkan detergen
-
Dikocok dan diamati
3.2.5
Koloid Pelindung
-
Dimasukkan 2 ml BaCl2
ke dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan 2-3 tetes
gelatin, dan diamati
-
Ditambahkan 1ml AgNO3,
dan diamati.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
No
|
Prosedur
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Koagulasi
-
Dimasukkan
1 pipet BaCl2 0,1 M dan NaCl 0,1 M dalam masing-masing tabung
reaksi
-
Ditambahkan
2 tetes AgNO3
-
Dibandingkan
hasil pengamatan
Emulsi
-
2 mL
minyak goreng dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan
5 mL aquades
-
Dikocok
hingga terbentuk emulsi
-
Diperhatikan
hingga terbentuk dua (2) lapisan
-
Ditambahkan
10 tetes sabun
-
Dikocok
dan diamati
Koloid
pelindung
-
10 tetes
BaCl + 10 tetes gelatin
-
Ditambahkan
2 tetes AgNO3
-
Diamati
Dispersi
a)
Amilum
tanpa digerus
-
Ambil
satu sendok spatula pada tabung reaksi
-
Ditambahkan
5 mL aquades
-
Diaduk
dan disaring
b)
Amilum
digerus
-
Ambil 1
sendok spatula pada tabung reaksi
-
Ditambahkan
5 mL aquades
-
Diaduk
dan disaring
c)
Dibandingkan
fitrat a dan b
-
Ditambahkan
5 tetes I2
Adsorpsi
-
1 sendok
spatula norit dilarutkan dalam corong kaca yang telah diberi kertas saring
-
Dilarutkan
10 mL sirup dalam corong kaca tersebut
-
Diperhatikan
fitrat yang dihasilkan
-
Dibandingkan
dengan larutan awal
|
-
BaCl
berwarna bening sebelum ditambah AgNO3, setelah ditambah terdapat
endapan pada dasar tabung reaksi.
-
NaCl
berwarna keruh namun tidak terjadi endapan.
-
Berwarna
kuning (minyak)
-
Berwarna
bening (aquades)
-
Setelah
beberapa saat larutan terpisah antara larutan sabun dan minyak.
-
Larutan
tterpisah sebelum dihomogenkan.
-
Setelah
dihomogenkan semua larutan dapat melarutkan satu sama lain, minyak diatas dan
aquades diatas.
-
Warnanya
bening saat penambahan BaCl2, setelah diberi AgNO3
larutan menjadi keruh.
-
Larutan
berwarna keruh
-
Larutan
berwarna keruh
-
Larutan
amilum tanpa digerus setelah disaring berubah warna bening.
-
Larutan
amilum digerus setelah disaring tidak berubah warna.
-
Larutan
sirup berwarna orange cerah
-
Setelah
disaring larutan norit terjadi perubahan warna
-
Menjadi
orange gelap
|
4.2
Reaksi-reaksi
4.2.1 Koagulasi
-
BaCl2 +
2AgNO3 2AgCl
+ Ba(NO3)2
-
NaCl + AgNO3
AgCl + NaNO3
4.2.2 Koloid pelindung
-
2AgNO3
+ BaCl2 Ba (NO3)2 +
2AgCl
4.2.3 Dispersi
-
Amilum + I2
|
|
4.3
Pembahasan
Suatu
sistem koloid terdiri dari dua bagian yaitu fase terdispersi (fase yang
tersebar halus) yang kontiyu dan fase pendispersi yang diskontinyu. Diameter
partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm atau terletak antara larutan dan
suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas saring biasa, tetapi
cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra. Berbeda dengan larutan,
partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Koloid adalah suatu suspensi partikel-partikel kecil
yang mempunyai ukuran tertentu dalam suatu medium kontinyu.
Dalam
sistem koloid, baik fasa terdispersi maupun fasa pendispersi dapat berupa gas,
cair atau padat. Dengan demikian terdapat 8 macam sistem koloid dari 9 macam kombinasi-kombinasi
keadaan yang mungkin.
Fasa terdispersi
|
Fasa pendispersi
|
Nama koloid
|
Contoh
|
Gas
Gas
Cair
Cair
Cair
Padat
Padat
Padat
|
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
|
Buih
Busa
padat
Aerosol
cair
Emulsi
Emulsi
padat
Aerosol
padat
Sol
Sol
padat
|
Buih,
sabun
Batu
apung
Kabut
Susu,
mayonaise
Mentega
Asap
Cat,
kanji
Kaca
berwarna
|
Salah
satu perbedaan nyata antara koloid dan kristaloid adalah ukuran partikelnya.
Berdasarkan ukuran partikel ini, campuran zat padat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Kristarloid
(larutan sejati)
Diameter
partikelnya lebih kecil dari 1 nm (10-9m)
2. Koloid
Diameter
partikelnya antara 1 nm – 100 nm
3. Suspensi
Diameter
partikelnya lebih besar dari 100 nm
Perbedaan
lainnya dari ketiga campuran secara ringkas diperlihatkan pada tabel
No.
|
Jenis Perbedaan
|
Larutan (kristaloid)
|
Koloid
|
Suspensi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Diameter partikel
Fasa
Penyaringan:
-
Biasa
-
Membran
-
Ultra
Gerak Brown
Efek Tyndall
Pengendapan:
-
Gaya gravitasi
-
Sentifuge
Contoh:
|
< 1 nm
Satu fasa
Lewat
Lewat
Lewat
Tak nampak
Tak nampak
Tidak
Tidak
Larutan garam
|
1 nm – 100 nm
Dua fasa
Lewat
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Tinta
|
> 100 nm
Dua fasa
Tertahan
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Lumpur
|
Ada pula jenis-jenis koloid, yaitu :
1. Sol (Fase Terdispersi Padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium
pendispersi padat
contoh
: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b.
Sol cair adalah
sol dalam medium pendispersi cair
contoh : cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c.
Sol gas adalah
sol dalam medium pendispersi gas
contoh : debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi (Fase Terdispersi Cair)
a.
Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
contoh
: jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi
cair
contoh : susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam pendispersi gas
contoh : hairspray dan obat nyamuk
3. Gel
Pembentukan
gel dapat dianggap sebagai pengendapan sol yang tidak sempurna. Perubahan nya
berlangsung secara perlahan, dimana partikel-partikel koloid bersatu membentuk
rantai pendek atau jaringan kontinyu yang saling mengikat, sehingga viskositas
sistem naik membentuk zat setengah padat.
Pada
percobaan pembuatan koloid, dilakukan beberapa percobaan seperti :
a) Koagulasi
Pada
percobaan koagulasi, disediakan 2 tabung reaksi. Pada salah satu tabung reaksi
diisi dengan 2 mL BaCl dan pada tabung reaksi yang lain diisi dengan 2 mL NaCl.
Pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes AgNO3 dan hasil
reaksi adalah adanya endapan AgCl. Dari pengamatan di dapatkan wndapan AgCl
dari NaCl + AgNO3 lebih banyak.
b) Pada percobaan emulsi, penambahan sabun dan
pengocokan yaitu dengan minyak dan airagar dapat bercampur dan membentuk suatu
emulsi yang dapat membentuk suatu campuran koloid yang merupakan zat emulgator.
c) Dalam percobaan koloid pelindung, terdapat penambahan
gelatin pada larutan BaCl2, dicampurkan dengan AgNO3. Karena
gelatin berfungsi sebagai koloid pelindung atau penstabil koloid yang lain
untuk mencegah pembentuk partikel-partikel yang besar.
d) Dalam peercobaan adsorbs, terdapat fungsi pemberian
norit pada sirup, yaitu agar norit dapat mengadsorbsi atau menyerap zat warna
yang melekat pada sirup, jadi ketika dilakukan penyaringan diperoleh filtrate
sirup yang lebih jernih.
Adapun
kesalahan dalam percobaan pada kali ini yaitu, kesalahan pada percobaan penyaringansirup
dengan norit sebaiknya dilakukan secara bertahap agar diperoleh larutan yang
jernih dengan warna yang lebih terang.
BAB
5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
-
Koloid mempunyai
beberapa sifat berbeda dengan larutan dikarenakan ukuran pertikelnya yang lebih
besar dari larutan. Sifat-sifat tersebut antara lain sifat koligatif, listrik,
adsorpsi, koagulasi, sifat kinetik, sifat optis, dan sifat fisika (rapatan,
tegangan muka, viskositas).
-
Koloid dapat dibuat
dengan beberapa cara yaitu pembuatan sol, emulsi dan gel.
-
Koloid terdiri dari
beberapa macam yaitu sol, emulsi, dan gel.
-
Pada percobaan koloid
pelindung ditambahkan gelatin yang dapat mencegah pengedapan dari kedua zat
yang direaksikan, sehingga koloid dapat terbentuk.
5.2
Saran
Agar dalam praktikum kali ini percobaan nya ditambah
seperti aerosol, buih, gel, sol agar praktikan lebih tahu tentang koloid
DAFTAR
PUSTAKA
Bird,
Tony. 1987. Kimia Fisika untuk
Universitas.Jakarta:
Erlangga.
Keenan,dkk.
1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Yazid,
Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk
Paramedis. Jogja:
Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar