Rabu, 04 Juni 2014

Koloid

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai zat yang sukar digolongkan sebagai zat biasa, zat cair atau gas. Zat-zat ini dalam ilmu kimia dinamakan koloid. Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun, kanji, minyak rambut bahkan udara berdebu termasuk sistem koloid.
Kimia koloid mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan dan penghidupan manusia. Proses dialam sekitar kebanyakan berhubungan dengan sistem koloid. Protoplasma dalam sel makhluk hidup merupakan suatu koloid, sehingga kimia koloid diperlukan untuk menerangkan reaksi-reaksi dalam sel. Tanah terdiri dari bahan-bahan koloid dan pemahaman tentang koloid sangat membantu dalam meningkatkan kesuburan lahan.
Sistem koloid sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, salep adalah emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamak, mewarnai, pemurnian, melibatkan adsorpsi pada permukaan partikel koloid dan karena itu pemahaman sifat-sifat koloid sangat penting. Jadi, terlihat betapa pentingnya koloid dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu diadakan percobaan tentang kimia koloid yang akan dibahas pada laporan ini.
Percobaan kimia koloid dalam laporan ini meliputi koagulasi yaitu peristiwa pengendapan partikel koloid; dispersi yaitu memecah butir-butir yang lebih besar menjadi butir-butir seukuran koloid; emulsi yaitu medium pendispersi dan medium terdispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur; koloid pelindung dengan cara menambahkan zat, seperti gelatin untuk mencegah pengendapan sehingga koloid dapat terbentuk; adsorpsi yaitu penyerapan suatu yang melekat pada permukaan.

1.2  Tujuan
-        Mengetahui sifat-sifat koloid
-        Mengetahui cara-cara pembuatan koloid
-        Mengetahui macam-macam koloid
-        Mengetahui fungsi gelatin dalam percobaan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Koloid
Thomas Graham (1805-1809), dalam penyelidikannya mengenai difusi larutan melalui membran telah membedakan koloid dengan kristaloid. Dari pengamatannya ternyata partikel zat dalam larutan ada yang berfungsi cepat dan lambat. Zat-zat yang mudah terdifusi umumnya membentuk kristal dalam keadaan padat, sehingga ia menyebutnya kristaloid. Contohnya NaCl dalam air. Istilah ini tidak populer karena ada zat yang bukan kristal tetapi mudah berdifusi misalnya HCl dan HNO3. Sedangkan zat-zat yang sukar berdifusi seperti lem, agar-agar, putih telur dinamakan koloid. (Bahasa Yunani kolla = perekat)
Menurut Graham kecepatan difusi suatu zat dipengaruhi oleh massa partikelnya. Makin besar massa partikel makin kecil kecepatan difusinya. Ada hubungan antara massa dan ukuran partikel. Bila massa partikel besar berarti ukurannya besar, demikian sebaliknya.
Salah satu perbedaan nyata antara koloid dan kristaloid adalah ukuran partikelnya. Berdasarkan ukuran partikel ini, campuran zat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.  Kristarloid (larutan sejati)
Diameter partikelnya lebih kecil dari 1 nm (10-9m)
2.  Koloid
Diameter partikelnya antara 1 nm – 100 nm
3.  Suspensi
Diameter partikelnya lebih besar dari 100 nm
Ukuran partikel larutan sangat kecil, sehingga tidak dapat diamati oleh mikroskop, dan dapat melalui kertas saring maupun membran. Partikel koloid ukurannya terletak antara larutan dan suspensi, sehingga masih cukup kecil nutuk menembus kertas saring biasa, tetapi cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra. Berbeda dengan larutan, partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi
No.
Jenis Perbedaan
Larutan (kristaloid)
Koloid
Suspensi
1.
2.
3.



4.
5.
6.


7.
Diameter partikel
Fasa
Penyaringan:
-        Biasa
-        Membran
-        Ultra
Gerak Brown
Efek Tyndall
Pengendapan:
-        Gaya gravitasi
-        Sentifuge
Contoh:
< 1 nm
Satu fasa

Lewat
Lewat
Lewat
Tak nampak
Tak nampak

Tidak
Tidak
Larutan garam
1 nm – 100 nm
Dua fasa

Lewat
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak

Mengendap
Mengendap
Tinta
> 100 nm
Dua fasa

Tertahan
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak

Mengendap
Mengendap
Lumpur
(Estien Yazid, 2005)
Pentingnya Kimia Koloid
Karena kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua cabang ilmu berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua jaringan hidup bersifat koloid. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid. Bagian kerak bumi yang dikatakan sebagai tanah yang bisa dicamgkul terdiri dari bagian-bagian yang bersifat koloid; oleh karena itu ilmu tanah harus mencakup penerapan kimia loloid pada tanah. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat, keramika, plastik, tekstil, kertas dan film foto, mentega, keju dan makanan lain, dan sejumlah besar produk lainnya. Proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamar, mewarnai dan pemurnian serta pengapungan bahan galian, melibatkan adsorpsi pada permukaan materi koloid dan karena itu berkepentingan dengan kimia koloid.
Tipe Sistem Koloid
Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom ataupun ion disebabkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu media sinambung, sehingga dihasilkan suatu dispersi (sebaran) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem semacam ini, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi (tersebarkan) dan materi kontinu dalam mana partikel ini tersebar disebut zat pendispersi atau. (Keenan, 1984)
Tabel klasifikasi sistem koloid
Jenis sistem
Fase Terdispersi (berukuran koloid)
Fase Pendispersi
Contoh
Busa
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol

Sol padat
Gas
Gas
Cairan
Cairan
Cairan
Padat
Padat

Padat
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
Gas
Cairan

Padat
Busa sabun
Polistirena, foam spons
Spray serangga
Susu, kecap
Margarin
Debu, asap
Pasta gigi, suspensi tanah liat
Gelas bewarna
(Tony Bird, 1987)
Penggolongan Koloid
Koloid dapat digolongkan berdasarkan bentuk partikelnya, cara pembentukannya, interaksi antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan koloid.
  1. Bentuk partikel
Dari segi bentuk partikel koloid dapat berupa:
-        Lembaran (laminar)
-        Serat (fibrilar)
-        Butiran (korpuskular)
  1. Cara pembentukannya
Berdasarkan cara pembentukannya koloid dibedakan menjadi koloid dispersi, koloid asosiasi dan koloid makromolekul.
1.  Koloid dispersi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran (dispersi) partikel-partikel kecil yang tidak larut dalam medium (fase pendispersi) dengan membentuk agregat-agregat molekul atau atom yang sangat banyak. Contohnya: dispersi koloid emas (Au) dan belerang (S).
2.  Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) molekul-molekul kecil, atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk agregat-agregat molekul yang disebut misel. Contoh: larutan sabun dan detergen.
3.  Koloid makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang sangat besar (makromolekul). Contoh: protein dan polimer tinggi seperti karet dan plastik.
  1. Interaksi dengan medium
1.  Koloid Irofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil).
2.  Koloid Irofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya, sehingga cenderung memisah (tak stabil).
  1. Perubahan bentuk
1.  Koloid reversibel, yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid demikian pula sebaliknya. Contoh: susu bubuk dan plasma darah kering.
2.  Koloid irreversibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid tidak dapat menjadi koloid kembali. Contoh: sel belerang dan sel emas. (Estien Yazid, 2005)
Sifat-sifat Koloid
Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Sifat Fisika
Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2.      Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk menetapkan berat molekul rata-rata koloid makromolekul.
3.      Sifat Optis
Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilalukan pada larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.
4.      Sifat Kinetik
Selain menunjukkan efek Tyndall,  partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan Brown.
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena gerakan Brown.
Partikel-partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
5.      Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini disebut elektroforesis.
6.      Koagulasi
Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi.
7.      Adsorpsi
Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda baik berupa padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian benda itu. (Yazid, 2005)
Beberapa Macam Koloid
1.      Sol
Sol adalah dispersi koloid dimana partikel padat terdispersi dalam cairan. Sol dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Sol liofil
Pada sel liofil partikel-partikel padat akan menyerap molekul cairan (suka pelarut). Jika pelarutnya air disebut sol hidrofil.
b.      Sol liofob
Pada sel liofob partikel-partikel padat tidak menyerap molekul cairan (tidak suka pelarut). Jika pelarutnya air disebut hidrofob.
Pembuatan sol
-        Cara dispersi
Dilakukan dengan memecah atau menghaluskan butir-butir yang lebih besar (suspensi) menjadi butir-butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid.
-        Cara kondensasi
Pembuatan koloid dengan mengubah partikel-partikel kecil (larutan) menjadi partikel besar berukuran koloid.
-        Pertukaran pelarut
Suatu koloid dibuat dengan menukar atau menambahkan pelarut lain ke dalam larutan. Agar terbentuk koloid zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang ditambahkan dan kedua pelarut harus bercampur sempurna.
-        Pendinginan berlebih
Suatu campuran yang terdiri dari pelarut air dan organik didinginkan, sehingga salah satu komponennya dapat membeku membentuk koloid.
2.      Emulsi
Emulsi adalah dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur. Agar terjadi suatu campuran koloid, maka harus ditambahkan suatu bahan yang disebut zat pengemulsi atau emulgator.
Pembuatan emulsi
Cara sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan dengan emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah sedikit demi sedikit sambil mengaduknya.
3.      Gel
Gel adalah sol liofil berbentuk setengah padat. gel ini dibagi dua yaitu gek elastis dan non elastis.
-        Gel elastis (kenyal)
Gel ini setelah dihilangkan airnya (didehidrasi) dapat dibentuk kembali menjadi gel dengan penambahan air. Gel kenyal dibuat dengan melarutkan sel liofil dalam aor panas. Setelah dingin akan terbentuk gel kenyal.
-        Gel non elastis (tak kenyal)
Setelah didehidrasi gel ini tidak dapat diubah menjadi gel kembali dengan penambahan air. Dehidrasi sel ini membentuk bubuk. Gel tak kenyal dapat diperoleh dengan mencampurkan larutan garam silikat dengan HCl.
Pemurnian Koloid
1.      Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian atau penyaringan koloid dari ion-ion penggangu dengan menggunakan membran yang bersifat selektif.
2.      Elektrodialisis
Elektrolisis adalah proses pemurnian koloid dengan memaksa ion-ion pengganggu melewati pori-pori semipermeabel dengan bantuan medan listrik.
3.      Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi adalah pemurnian koloid dengan menyaring koloid menggunakan penyaring khusus dari membran. Untuk mempercepat proses penyaringan biasanya digunakan tekanan (pompa vakum). Pompa vakum digunakan untuk mempercepat suatu proses penyaringan koloid yang susah disaring dengan penyaring biasa atau memerlukan waktu yang lama jika dengan menggunakan penyaring biasa, misalnya suatu koloid berbentuk gel. (Yazid, 2005)


BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1  Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
-        Gelas ukur 10 ml
-        Tabung reaksi
-        Labu erlenmeyer 250 ml
-        Pipet tetes
-        Pipet ukur
-        Batang pengaduk
-        Lumpang dan alu
3.1.2 Bahan-bahan
-        NaCl
-        BaCl2
-        AgNO3
-        Amilum
-        I2
-        CCl4
-        Detergen
-        Gelatin
-        Sirup
-        Norit
-        Kertas saring
-        Akuades

3.2  Prosedur Percobaan
3.2.1        Koagulasi
-        Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml BaCl2
-        Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml NaCl
-        Ditambahkan 2 tetes AgNO3 ke dalam masing-masing tabung reaksi
-        Lalu diamati dan dibandingkan
3.2.2        Dispersi
-        Ditimbang 1 gr amilum yang telah digerus dan 1 gr amilum yang tidak digerus
-        Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
-        Ditambahkan masing-masing 5 ml akuades dan keduanya dikocok
-        Disaring masing-masing campuran tersebut dengan kertas saring
-        Ditambahkan 2 tetes I2 ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berisi filtrat masing-masing campuran tersebut
-        Diamati dan dibandingkan
3.2.3        Adsorpsi
-        Dimasukkan sirup ke dalam labu erlenmeyer 
-        Ditambahkan norit
-        Disaring dengan kertas saring
-        Diamati filtratnya dan dibandingkan sirup yang tidak diberi norit sebelumnya
3.2.4        Emulsi
-        Dipipet CCl4 sebanyak 1 pipet
-        Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-        Ditambahkan 1 pipet aquades, lalu diamati
-        Ditambahkan detergen
-        Dikocok dan diamati
3.2.5        Koloid Pelindung
-        Dimasukkan 2 ml BaCl2 ke dalam tabung reaksi
-        Ditambahkan 2-3 tetes gelatin, dan diamati
-        Ditambahkan 1ml AgNO3, dan diamati.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan
No
Prosedur
Pengamatan
1.








2.













3.




4.


















5.
Koagulasi
-        Dimasukkan 1 pipet BaCl2 0,1 M dan NaCl 0,1 M dalam masing-masing tabung reaksi
-        Ditambahkan 2 tetes AgNO3
-        Dibandingkan hasil pengamatan



Emulsi
-        2 mL minyak goreng dalam tabung reaksi
-        Ditambahkan 5 mL aquades
-        Dikocok hingga terbentuk emulsi
-        Diperhatikan hingga terbentuk dua (2) lapisan
-        Ditambahkan 10 tetes sabun
-        Dikocok dan diamati




Koloid pelindung
-        10 tetes BaCl + 10 tetes gelatin
-        Ditambahkan 2 tetes AgNO3
-        Diamati

Dispersi
a)      Amilum tanpa digerus
-        Ambil satu sendok spatula pada tabung reaksi
-        Ditambahkan 5 mL aquades
-        Diaduk dan disaring
b)      Amilum digerus
-        Ambil 1 sendok spatula pada tabung reaksi
-        Ditambahkan 5 mL aquades
-        Diaduk dan disaring
c)      Dibandingkan fitrat a dan b
-        Ditambahkan 5 tetes I2






Adsorpsi
-        1 sendok spatula norit dilarutkan dalam corong kaca yang telah diberi kertas saring
-        Dilarutkan 10 mL sirup dalam corong kaca tersebut
-        Diperhatikan fitrat yang dihasilkan
-        Dibandingkan dengan larutan awal

-        BaCl berwarna bening sebelum ditambah AgNO3, setelah ditambah terdapat endapan pada dasar tabung reaksi.
-        NaCl berwarna keruh namun tidak terjadi endapan.


-        Berwarna kuning (minyak)
-        Berwarna bening (aquades)
-        Setelah beberapa saat larutan terpisah antara larutan sabun dan minyak.
-        Larutan tterpisah sebelum dihomogenkan.
-        Setelah dihomogenkan semua larutan dapat melarutkan satu sama lain, minyak diatas dan aquades diatas.

-        Warnanya bening saat penambahan BaCl2, setelah diberi AgNO3 larutan menjadi keruh.

-        Larutan berwarna keruh


-        Larutan berwarna keruh



-        Larutan amilum tanpa digerus setelah disaring berubah warna bening.
-        Larutan amilum digerus setelah disaring tidak berubah warna.

-        Larutan sirup berwarna orange cerah
-        Setelah disaring larutan norit terjadi perubahan warna
-        Menjadi orange gelap

4.2  Reaksi-reaksi
4.2.1 Koagulasi
-        
BaCl2 + 2AgNO3                   2AgCl + Ba(NO3)2

-        
NaCl + AgNO3                        AgCl + NaNO3

4.2.2 Koloid pelindung
-         
2AgNO3 + BaCl2                     Ba (NO3)2 + 2AgCl

4.2.3 Dispersi 
-        Amilum + I2
+ n H2O
 
               + nI2             
 
              


4.3  Pembahasan
Suatu sistem koloid terdiri dari dua bagian yaitu fase terdispersi (fase yang tersebar halus) yang kontiyu dan fase pendispersi yang diskontinyu. Diameter partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm atau terletak antara larutan dan suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas saring biasa, tetapi cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra. Berbeda dengan larutan, partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Koloid adalah suatu suspensi partikel-partikel kecil yang mempunyai ukuran tertentu dalam suatu medium kontinyu.
Dalam sistem koloid, baik fasa terdispersi maupun fasa pendispersi dapat berupa gas, cair atau padat. Dengan demikian terdapat 8 macam sistem koloid dari 9 macam kombinasi-kombinasi keadaan yang mungkin.
Fasa terdispersi
Fasa pendispersi
Nama koloid
Contoh
Gas
Gas
Cair
Cair
Cair
Padat
Padat
Padat
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Buih
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol
Sol padat
Buih, sabun
Batu apung
Kabut
Susu, mayonaise
Mentega
Asap
Cat, kanji
Kaca berwarna

Salah satu perbedaan nyata antara koloid dan kristaloid adalah ukuran partikelnya. Berdasarkan ukuran partikel ini, campuran zat padat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.  Kristarloid (larutan sejati)
Diameter partikelnya lebih kecil dari 1 nm (10-9m)
2.  Koloid
Diameter partikelnya antara 1 nm – 100 nm
3.  Suspensi
Diameter partikelnya lebih besar dari 100 nm
Perbedaan lainnya dari ketiga campuran secara ringkas diperlihatkan pada tabel
No.
Jenis Perbedaan
Larutan (kristaloid)
Koloid
Suspensi
1.
2.
3.



4.
5.
6.


7.
Diameter partikel
Fasa
Penyaringan:
-        Biasa
-        Membran
-        Ultra
Gerak Brown
Efek Tyndall
Pengendapan:
-        Gaya gravitasi
-        Sentifuge
Contoh:
< 1 nm
Satu fasa

Lewat
Lewat
Lewat
Tak nampak
Tak nampak

Tidak
Tidak
Larutan garam
1 nm – 100 nm
Dua fasa

Lewat
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak

Mengendap
Mengendap
Tinta
> 100 nm
Dua fasa

Tertahan
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak

Mengendap
Mengendap
Lumpur

Ada pula jenis-jenis koloid, yaitu :
1. Sol (Fase Terdispersi Padat)
            a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
            contoh : paduan logam, gelas warna, intan hitam
b.   Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
contoh : cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c.    Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
contoh : debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi (Fase Terdispersi Cair)
            a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
            contoh : jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
contoh : susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam pendispersi gas
contoh : hairspray dan obat nyamuk
3. Gel
            Pembentukan gel dapat dianggap sebagai pengendapan sol yang tidak sempurna. Perubahan nya berlangsung secara perlahan, dimana partikel-partikel koloid bersatu membentuk rantai pendek atau jaringan kontinyu yang saling mengikat, sehingga viskositas sistem naik membentuk zat setengah padat.
            Pada percobaan pembuatan koloid, dilakukan beberapa percobaan seperti :
a) Koagulasi
            Pada percobaan koagulasi, disediakan 2 tabung reaksi. Pada salah satu tabung reaksi diisi dengan 2 mL BaCl dan pada tabung reaksi yang lain diisi dengan 2 mL NaCl. Pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes AgNO3 dan hasil reaksi adalah adanya endapan AgCl. Dari pengamatan di dapatkan wndapan AgCl dari NaCl + AgNO3 lebih banyak.
b) Pada percobaan emulsi, penambahan sabun dan pengocokan yaitu dengan minyak dan airagar dapat bercampur dan membentuk suatu emulsi yang dapat membentuk suatu campuran koloid yang merupakan zat emulgator.
c) Dalam percobaan koloid pelindung, terdapat penambahan gelatin pada larutan BaCl2, dicampurkan dengan AgNO3. Karena gelatin berfungsi sebagai koloid pelindung atau penstabil koloid yang lain untuk mencegah pembentuk partikel-partikel yang besar.
d) Dalam peercobaan adsorbs, terdapat fungsi pemberian norit pada sirup, yaitu agar norit dapat mengadsorbsi atau menyerap zat warna yang melekat pada sirup, jadi ketika dilakukan penyaringan diperoleh filtrate sirup yang lebih jernih.
            Adapun kesalahan dalam percobaan pada kali ini yaitu, kesalahan pada percobaan penyaringansirup dengan norit sebaiknya dilakukan secara bertahap agar diperoleh larutan yang jernih dengan warna yang lebih terang.













BAB 5
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
-        Koloid mempunyai beberapa sifat berbeda dengan larutan dikarenakan ukuran pertikelnya yang lebih besar dari larutan. Sifat-sifat tersebut antara lain sifat koligatif, listrik, adsorpsi, koagulasi, sifat kinetik, sifat optis, dan sifat fisika (rapatan, tegangan muka, viskositas).
-        Koloid dapat dibuat dengan beberapa cara yaitu pembuatan sol, emulsi dan gel.
-        Koloid terdiri dari beberapa macam yaitu sol, emulsi, dan gel.
-        Pada percobaan koloid pelindung ditambahkan gelatin yang dapat mencegah pengedapan dari kedua zat yang direaksikan, sehingga koloid dapat terbentuk.

5.2  Saran
Agar dalam praktikum kali ini percobaan nya ditambah seperti aerosol, buih, gel, sol agar praktikan lebih tahu tentang koloid












DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas.Jakarta: Erlangga.
Keenan,dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Jogja: Andi.

Tidak ada komentar: