BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaksi adisi terjadi jika senyawa
karbon yang mempunyai ikatan rangkap menerima atom atau gugus atom lain
sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Ikatan rangkap
merupakan ikatan jenuh. Reaksi substitusi ialah reaksi penggantian ion atau
molekul pada reaksi ini atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul
pada reaksi ini atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul
digantikan dengan atom lain yang terdapat dalam suatu molekul digantikan dengan
atom lain. Rempah dan jamu telah lama memerankan peran aromatik dalam sejarah.
Meskipun beresiko, perdagangan rempah sangatlah menguntungkan. Jadi wajar bila
rempah dan jamu merupakan bahan akam pertama yang dikaji oleh kimiawan organik.
Jadi kita dapat mengekstraksi senyawa wewangian dan cita rasa murni yang kita
inginkan ini dari tumbuhan memerlukan dan menentukan strukturnya, barangkali
bila kita dapat mensitensisnya secara besar-besaran, biaya murah dan tanpa
bahaya.
Ternyata kebanyakan zat aromatik
ini, memiliki struktur yang relatif sederhana. Umumnya mengandung satuan
berkarbon enam yang tetap utuh sekalipun telah melalui berbagai reaksi kimia
dan hanya mengubah bagian lain strukturnya. Gugus ini, yaitu C6H5,
sangat lumrah dalam banyak zat, benzil alkohol (disolasi dari getah
yang diperoleh dari spesies pohon
tertentu dari dua spesies di Asia Tenggara), benzah dehida, dan toluene.
Bila ketiga senyawa ini dioksidasi, gugus C6H5 tetap
utuh, produknya ialah asam benzoate. Garam kalsium dan asam ini dipanaskan
menghasilkan hidrokarbon induk, C6H5. hidrokarbon yang
sama ini, pertama kali diisolasi dari gas bercahaya termampatkan oleh Michael
Faraday tahun 1825, yang sekarang disebut benzena. Benzena merupakan
hidrokarbon induk dari golongan zat aromatik dan salah satu komponen dalam benzena
sebagai pelarut yang penting dalam dunia industri.
1.2 Tujuan
-
Mengetahui sifat
fisik dan kimia heksana
-
Mengetahui sifat fisik dan kimia benzena
-
Mengetahui fungsi I2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi adisi terjadi jika senyawa
yang mempunyai ikatan rangkap menerima atom atau gugus atom lain sehingga
ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal. Ikatan rangkap merupakan ikatan
terjenuh, sedangkan ikatan tunggal merupakan ikatan jenuh. Jadi, reaksi adisi
terjadi dari ikatan tak jenuh menjadi ikatan jenuh.
Mekanismenya
reaksi adisi :
c = c c
– c
c ≡ c c
= c c – c
Beberapa reaksi
adisi :
a.
Reaksi
hidrogen alkana
|
Contoh :
2 – pentena n –
pentena
|
Reaksi
hidrogenasi ini digunakan untuk membuat margarine (mentega buatan) dari minyak
yang mengandung asam lemak tak jenuh ( C = C). Minyak cair hidrogenasi dengan
bantaun katalis Ni menghasilkan lemak padat
Triolein
(cair) + 3H2 tristearin
(padat)
Reaksi adisi
dengan halogen :
Reaksi adisi dengan brom digunakan
untuk membedakan senyawa alkena (c = c) dengan sikloalkana. Hal ini karena kedua
senyawa mempunyai isomen fungsional (rumus molekul sama, tetapi gugus fungsi
berbeda). Pengamatan reaksinya dengan membedakan warna dari brom yaitu merah
coklat. Alkena dapat bereaksi dengan brom sehingga warna merah coklat dari brom
hilang menjadi berwarna. Akan tetapi, sikloalkana tidak bereaksi dan warna
merah coklat dari brom tetap.
Alkena + brom →
bereaksi, warna merah-coklat brom hilang
Sikloalkana + brom tidak bereaksi,
warna merah coklat tetap
Adisi
dengan asam halida (Hx)
Dalam adisi ini atom x terikat pada
c rangkap kiri atau dikanan akan menghasilkan senyawa yang berbeda, kecuali
kalau R dengan R’ sama. Untuk itu, ada aturan yang padat menetapkan hasil utama
dari reaksi adisi tersebut yang dikemukakan oleh Vladamir Markounikov.
Aturan
Markounikov :
1.
Ikatan rangkap merupakan kumpulan elektron
2.
Gugus alkali merupakan gugus pendorong elektron. Alkali
makin besar, daya dorong makin kuat. Urutan kekuatan alkil : - CH3
< - C2 H5 < - C3 H7
Gugus elektronegatif merupakan gugus penarik elektron. Makin
elektronegatif, daya tarik elektron makin kuat.
Senyawa organohalogen digunakan
secara meluas dalam masyarakat modern. Sebagai pelarut, insektisida dan
bahan-bahan dalam sintetik senyawa organik. Kebanyakan senyawa organohalogen
adalah sintetik. Senyawa organohalogen agak lebih lazim dalam organisme laut,
seperti ganggang dan rumput laut.
A.
Reaksi Substitusi
Atom karbon ujung satu alkil halida
mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini rentan terhadap (susceptible :
mudah diserang oleh) serangan oleh anion dan spesi lain apa saja yang mempunyai
sepasang elektron menyendiri (unshared) dalam kulit luarnya. Dihasilkan reaksi
substitusi – sutau reaksi dalam mana satu atom, ion atau gugus disubstitusikan
untuk (menggantikan) atom, ion gugus lain. Dalam reaksi subsitusi akil halida, halida
itu disebut gugus pergi (learning group) suatu istilah yang berarti gugus apa
saja yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom karbon. Ion halida
merupakan gugus pergi yang baik, karea ion-ion ini merupakan basa yang sangat
lemah. Basa kuat seperti misalnya OH- ,
bukan gugus pergi yang baik. Dalam reaksi substitusi alkil halida, ion iodide
adalah halida yang paling mudah digantikan, baru ion bromide dan kemudian
klorida. Karena F merupakan basa yang lebih kuat dari pada ion halida lain,
dank arena ikatan C-F lebih kuat dari pada ikatan C-X lain flourida bukan gugus
pergi yang baik. Dari segi praktisnya hanya Cr, Br dan I merupakan gugus pergi
yang cukup baik, sehingga bermanfaat dalam reaksi-reaksi alkil klorida, bromide
dan iodide
RF RCL
RBr Rl (hizkia, 1996)
Naiknya reaktivitas
Spesi (species) yang menyerang suatu
alkil halida dalam suatu reaksi substitusi disebut nukleofil (nucleophile, “
pencinta nucleus”), sering dilambangkan dengan Nu-. Dalam persamaan
reaksi diatas OH-
dan CH3O- adalah nukleofil. Umumnya, sebuah nukleofil
ialah spesi apa saya yang tertarik ke suatu pusat positif : jadi sebuah
nukleofil ialah suatu basa Lewis. Kebanyakan nukleofil adalah anion namun,
beberapa molekul polar yang netral, seperti H2O, CH3OH
dan CH3NH2 dapat juga bertindak sebagai nukleofil.
Molekul netral ini memiliki pasangan elektron menyendiri, yang dapat diguanakn
untuk membentuk ikatan sigma. Substitusi oleh nukleofil disebut substitusi
nukleofil atau pergantian oleh nukleofil (nucleophilic displacement). Lawan
nukleofil adalah elektrofil (pecinta elektron) sering dilambangkan dengan E+.
suatu elektrofil ialah spesi apa saya yang tertarik ke suatu pusat negatif.
Jadi, suatu elektrosil ialah suatu asam Lewis seperti H+ atau ZnCl2.
reaksi elektrofilik lazim dijumpai dalam kimia organic, banyak reaksi ini
dibahas dalam bab-bab berikut.
B.
Reaksi Eliminasi
Bila suatu alkil halida diolah
dengan suatu basa kuat, dapat terjadi suatu reaksi eliminasi. Dalam rekasi ini
sebuah molekul kehilangan atom-atom atau ion-ion dari dalam strukturnya. Produk
organik suatu reaksi eliminasi suatu alkil halida adalah suatu alkena. Dalam
tipe reaksi eliminasi ini, unsure H dan x keluar dari dalam alkil halida, oleh
karena itu reaksi ini juga disebut reaksi dehidrohalogenasi. (awalan de- berarti
“minus” atau “kehilangan”).
C.
Reaksi-Reaksi Bersaingan
Sebuah ion hidroksida atau alkoksida
(RO-) dapat bereaksis ebagai suatu nukleofil dalam suatu reaksi
eliminasi. Tipe reaksi mana yang sebenarnya terjadi bergantung pada sejumlah
faktor, seperti struktur alkil halida (primer (primer 1o, sekunder 2o
ataukah tersier 3o), kuat basa, macam pelarut dan temperature. Metal
halida dan alkil halida primer cenderung menghasilkan produk substitusi, bukan
produk eliminasi. Pada kondisi yang setara, alkil halida tersier terutama
menghasilkan produk eliminasi, dan bukan produk substitusi. Alkil halida
sekunder bersifat diantaranya : perbanbandingan produk substitusi dan produk
eliminasi sangatlah bergantung pada kondisi eksprerimen.
|
Primer :
|
Sekunder :
|
||||
|
Tersier :
|
Karena dapat terjadi lebih dari
suatu reaksi antara sebuah alkil halida dan sebuah nukleofil atau basa, maka
reaksi substitusi dan reaksi eliminasi dikatakan sebagai reaksi bersanging.
Reaksi bersaing lazim dijumpai dalam kimia organic. Karena campuran produk
hamper bukan suatu kekecualaian bila terjadi reaksi-reaksi bersaingan, maka
dalam hal ini kebanyakan persamaan organik tidak dilengkapi secara
stoikiometris. Sebelum membahasa reaksi substitusi dan eliminasi secara terinci,
secara singkat akan dibahas keseluruhan dan perbedaan anatara basa dan
nukleofil. Pada suasana yang sesuai, semua basa dapat bertindak sebagai
nukleofil. Sebaliknya, semua nukleofil dapat bertindak sebagau bada. Dalam
masa-masa kasus, pereaksi (reagent) bereaksi dengan cara menyumbangkan sepasang
elektronnya untuk membentuk suatu ikatan sigma baru. Kebebesan (basicity) ialah
ukuran kemampuan pereaksi untuk menerima sebuah proton dalam suatu reaksi
asam-basa. Oleh karena itu basa kuat relatif dari sederet pereaksi ditentukan
dengan membandingkan letak relatif kesetimbangan mereka dalam suatu reaksi
asam-basa, seperti misalnya derajat ionisasi air (Suprapto, 1992).
Akibat kearomatikan pada percobaan
laboratorium. Kereaktifan kimia yang nisbi rendah adalah nyata bagi kimiawan
abad sembilan belas. Elektrofil merupakan sesuatu yang tertarik pada elektron.
Dan karena tertarik oleh daerah negatif, elektrofil harus merupakan sesuatu
yang membawa muatan positif penuh atau memiliki sedikit muatan positif disuatu
daerah padanya. Eten dan alkena yang lain diserang oleh elektrofil.
Elektrofilik H8+ Bro biasanya ujung yang lebih sedikit
positif (8+) dari sebuah molekul seperti hydrogen brumida (HBr).
Reaksi adisi merupakan reaksi dimana
ada dua buah molekul bergabung menghasilkan molekul yang lebih besar. Tidak ada
yang hilang selama proses berlangsung. Semua atom dari molekul awal dapat
ditentukan pada molekulo hasil penggabungan. Reaksi adisi elektrofilik
merupakan reaksi adisi yang terjadi karena yang kita piker sebagai molekul yang
“penting” terserang oleh elektrofil. Molekul yang “penting” tersebut memiliki
daerah dengan kepadatan elektron yang tinggi yang terserang oleh bermuatan
positif. Reaksi substitusi nukleofil merupakan suatu reaksi dimana satu atom,
ion atau gugus molekul organic disubstitusikan (digantikan) dengan suatu
nukleofil. Reaksi substitusi nukleofil pada senyawa alifatik terdiri :
1.
SN1
2.
SN2
3.
SNi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi substitusi sama halnya dengan reaksi eliminasi, antara lain :
a)
Struktur alkil halida, reaktivitas alkil halida dalam
reaksi substitusi dapat mempengaruhi mekanisme reaksi. Reaksi substitusi SN,
laju alkil halida c, jadi alkil halida yang dapat melakukan reaksi SN, adalah
alkil halida tersier dan sekunder. Alkil halida primer dapat melakukan reaksi
SN, dalam bentuk alilik dan benzilik.
b)
Learing group x-, dalam reaksi substitusi
senyawa alkil halida ion halida merupakan basa yang sangat lemah. Dalam reaksi
substitusi ion halida x-, ion halida I- merupakan ion
yang mudah disubstitusikan kemudian diikuti dengan ion Br, cℓ dan yang terakhir
F. Jadi kereaktifan alkil halida RI >
Rbr > RCℓ > RF. Dengan kata lain ion F- merupakan basa yang
paling kuat diantara ion halida. Hal ini disebabkan energi ikatan C – F > C
- Cℓ > C- Br > C – I, dengan kata lain semakin kecil energi ikatan
C – X semakin mudah ion halida tersebut dilepas.
c)
Nukleofilik atau basa
Pada suasana yang sesuai basa dapat
berfungsi sebagai nukleofil, sebaliknya semua nukleofil dapat bertindak basa.
Dalam reaksi kimia, nukleofil / basa / (pereaksi atau reakton) bereaksi dengan
menyumbangkan sepasang elektron untuk membentuk ikatan sigma yang baru,
(Fessenden, 1982).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat-Alat
-
Tabung reaksi
-
Rak tabung reaksi
-
Pipet volume
-
Pipet tetes
3.1.2
Bahan-Bahan
-
Ekstrak pandan
-
Ekstrak mawar
-
Ekstrak jahe
-
Minyak goreng
-
n – heksan
-
Benzena
3.2 Bahan-Bahan
3.2.1
Percobaan benzena, n – heksan dan minyak goreng
-
Dimasukkan 10 tetes ke dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan ke dalamnya 2 tetes larutan I2
-
Dikocok, diamati, dan dicatat perubahan yang terjadi
3.2.2
Percobaan esktrak mawar, ekstrak jahe dan ekstrak
pandan
-
Dimasukkan 5 tetes ke dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan ke dalamnya 1 tetes larutan I2
-
Dikocok, diamati, dan dicatat perubahan yang terjadi
3.3 Prosedur Percobaan
3.2.1
Benzena + I2
-
Dimasukkan 10 tetes benzena dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan kedalanya 2 tetes I2
-
Dikocok, diamati dan citat perubahan yang terjadi
3.2.2
n – heksan + I2
-
Dimasukkan 10 tetes n – heksan dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan kedalamnya 2 tetes I2
-
Dikocok, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
3.2.3
Ekstrak mawar + I2
-
Dimasukkan 5 tetes ekstrak mawar dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan kedalamnya 2 tetes I2
-
Dikocok, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
3.2.4
Ekstrak jahe + I2
-
Dimasukkan 5 tetes esktrak mawar dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan kedalamnya 2 tetes I2
-
Dikocok, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
3.2.5
Ekstrak pandan + I2
-
Dimasukkan 5 tetes ekstrak pandan dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan kedalamnya 2 tetes I2
-
Dikocok, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
3.2.6
Minyak goreg + I2
-
Dimasukkan 10 tetes minyak goreng dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan kedalamnya 2 tetes I2
-
Dikocok, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
BAB IV
HASIL DAN
PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel hasil
pengamatan
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1)
Percobaan mintak goreng
-
Dimasukkan 10 tetes kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan ke dalamnya 2 tetes larutan I2
-
Dikocok, diamati dan cicatat perubahan yang terjadi
2)
Percobaan n – heksan
-
Dimasukkan 10 tetes kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan ke dalamnya larutan I2 2 tetes
-
Dikocok, diamati dan cicatat perubahan yang terjadi
3)
Percobaan ekstrak jahe
-
Dimasukkan 5 tetes kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan ke dalamnya larutan I2 1 tetes
-
Dikocok, diamati dan cicatat perubahan yang terjadi
4)
Percobaan ekstrak mawar
-
Dimasukkan 5 ml kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan ke dalamnya larutan I2 1 tetes
-
Dikocok, diamati dan cicatat perubahan yang terjadi
5)
Percobaan ekstrak pandan
-
Dimasukkan 10 ml kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan ke dalamnya larutan I2 2 tetes
-
Dikocok, diamati dan cicatat perubahan yang terjadi
6)
Percobaan benzena
-
Dimasukkan 10 ml kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan ke dalamnya larutan I2 2 tetes
-
Dikocok, diamati dan cicatat perubahan yang terjadi
|
-
Warna minyak goreng kuning
-
Warna larutan I2 orange tua
-
Terdapat 2 fase, minyak mengendap di bawah dan
berbentuk gumpalan sedangkan I2 berada di fase atas
-
Warna n – heksan putih bening
-
Warna larutan I2 orange tua
-
Warna larutan menjadi endapan berwarna kuning
-
Warna ekstrak jahe coklat
-
Warna I2 orange tua
-
Kedua larutan saling larut satu sama lain dan
warnanya tetap berwarna coklat
-
Warnanya coklat kemerah-merahan
-
Warna I2 orange tua
-
Warnanya tetap coklat kemerah-merahan dan terdapat
endapan dengan warna endapan yang sama
-
Warnanya hijau tua
-
Warnanya orange tua
-
Warna larutan menjadi hijau muda dan tidak ada
endapan
-
Warna larutan bening
-
Warna I2 orange tua
-
berbentuk 2 fase, fase atas I2 = dan fase
dibawah benzena dan berbentuk warna jinga dan kuning
|
4.2
Pembahasan
Pada percobaan pertama, minyak
goreng ditetesi I2 sehingga berbentuk 2 fase. Minyak goreng berada
di fase atas dan I2 di fase bawah. Percobaan kedua, n - heksan
ditetesi dengan I2 sehingga terbentuk larutan berwarna kuning bening
serta terdapat endapan yang berwarna kuning. Percobaan ketiga, ekstrak jahe di
tetesi dengan I2 menghasilkan warna coklat. Pada percobaan ke empat,
ekstrak mawar dan IR tetesi I2 menghasilkan larutan
berwarna coklat kemerah-merahan dan terdapat endapat dengan warna yang sama.
Percobaan kelima, ekstrak pandan ditetesi dengan I2 terbentuk
larutan berwarna hijau muda dan tidak terdapat endapan. Dan percobaan terakhir benzena
ditetesi I2 menghasilkan larutan dengan 2 fase, fase atas I2
dan fase bawah benzena serta terbentuk warna jingga dan kuning.
Prinsip percobaan adisi dan
substitusi adalah untuk mengetahui perbendaan larutan (senyawa hidrokarbon)
yang jenuh dengan adanya perubahan warna dengan penambahan larutan iodium (I2).
Reaksi adisi adalah reaksi
pengubahan senyawa yang rangkap menjadi tunggal. Reaksi adisi terjadi pada
senyawa yang mempunyai ikatan rangkap atau rangkap tiga, termasuk ikatan
rangkap karbon ion, atom, atau molekul, pada reaksi ini atom atau gugus atom
terdapat dalam suatu molekul-molekul digantikan dengan atom lain. Reaksi
substitusi umumnya terjadi pada senyawa yang jenuh, tetapi dengan kondisi
tertentu. Markornikov merupakan aturan yang menyatakan bahwa dengan penambahan
asam Hx ke alkena, hidrogen asam (H) menjadi terikat pada atom karbon dengan substituen
alkil lebih sedikit, dan halida (x) kelompok menjadi terikat pada atom karbon
dengan substituen lebih sedikit. Dasar kimia untuk peraturan Markornikov adalah
pembentukan paling stabil, s elama proses penambahan. Aturan dapat diringkas
sebagai “kaya-kaya” : karbon yang disubsititulen akan mendapatkan substituen
lebih banyak dan karbon dengan hidrogen lebih melekat akan mendapatkan banyak
hidrogen dalam reaksi adisi organic. Aturan anti Markornikov merupakan
mekanisme yang menghindarkan karbonkation yang menengah dapat bereaksi melalui
mekanisme lain yang regioselective. Suatu reaksi dikatakan anti. Markounikov,
karena halogen menambah karbon dig anti kurang, persis kebalikan dari reaksi
markounikov.
Fungsi penambahan I2
adalah digunakan untuk membuktikan terjadi atau tidaknya suatu reaksi adisi –
substitusi dalam percobaan I2 yang menentukan kapan mol ekivalen
yang sempurna I2 digunakan karena merupakan bahan yang
kereaktifannya rendah.
Faktor kesalahan yang terjadi adalah
ekstrak sari bunga yang dibuat diberi air sehingga tidak sesuai dengan prosedur
yang telah ditentukan.
4.3 Reaksi
4.3.1 C6H6 (benzena) + I2
4.3.2
Minyak
goreng + I2
4.3.3
|
n – heksan + I2
|
4.3.4
Ekstrak
mawar + I2
4.3.5
Ekstrak
jahe + I2
4.3.6
Ekstrak pandan + I2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Sifat fisik heksana : memiliki titik didih 69-c,
mudah diadisi, reaktif, massa
molekul 84 g/mol.
Sifat kimia heksana : tidak berwarna, tidak berbau, mudah terbakar dan
mudah diadisi.
-
Sifat fisik benzena : zat cair tidak berwarna, memiliki
bau yang khas, mudah menguap, senyawa non polar dan mempunyai titik didih 80,1 oc.
Sifat kimia benzena : beracun dan mudah terbakar
-
Fungsi I2 sebagai oksidaton zat yang
mereduksi benzena, minyak goreng dan heksana.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih memahami
lagi prosedur percobaan agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden, Ralp J. Joans.
Fessenden. 1982. Kimia Organik. Erlangga : Jakarta
Hizkia, Ahmad. 1996. Kimia Dasar.
Erlangga : Jakarta
Suprapto. 1992. Belajar Kimia
Dasar. Cempaka Putih : Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar